( CLASSROOM ACTION RESSEARCH CTL)
Oleh : Deni Sopari
Abstrak : Rendahnya motivasi
belajar merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh para pengajar, kecendrungan
siswa menampakkan kurang bergairah ,
kurang bersemangat, kurang siap dalam
menghadapi pembelajaran dan pasif dalam menerima pelajaran . Kondisi ini tejadi
juga dalam mata pelajaran IPS khususnya IPS- Geografi yang kecenderungan banyak
materi hapalan yang membuat siswa menjadi jenuh. Padahal mata pelajaran ini
menuntut motivasi tinggi dari siswa untuk mampu menghubungkan satu konsep
dengan konsep lain sehingga muncul kebermaknaan dari konsep tersebut. Rendahnya
motivasi belajar siswa ini berpengaruh juga terhadap rendahnya hasil belajar.
Melalui Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ) Kondisi ini dicoba dirobah dengan menerapkan pembelajaran model Peta
Pikiran Tony Buzan yang dilakukan dalam
dua siklus dengan mengambil subjek kelas 8 D.
Hasil penelitian menunjukkan
bahawa dengan menggunakan model Tim Peta Pikiran Tony Buzan ini terjadi
peningkatan motivasi belajar terlihat dari peningkatan siswa dengan motivasi
tinggi dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 18 % . Dilihat dari hasil belajar
penggunaan model ini juga terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 dari
rata-rata 61,25 menjadi 72,27.
Kata-kata kunci : Motivasi belajar , tim
peta pikiran Tony Buzan
Menurut sofyan ( 2003 : 158 ) motivasi siswa adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan siswa agar perilaku siswa dapat diarahkan pada
upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Nasution ( :
1981 ) bahwa motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga siswa itu mau dan mampu melakukan
sesuatu . Dengan kondisi-kondisi tersebut akan memunculkan suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan ( Jamaras : 2002 :114 ). Perasan dan reaksi untuk
mencapai tujuan ini akan mendorong siswa untuk melakukan sesuatu termasuk belajar yang dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan ,
antara lain kebutuhan
berprestasi yaitu hasrat untuk melakukan
sesuatu yang lebih baik atau efesiensi
dalam memecahkan masalah atau menguasasi latihan yang sulit Apabila dihubungkan
dengan kegiatan belajar, siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar dalam arti kata belajar akan
optimal kalau ada motivasi .
Brown dalam Zubaidah ( 2004 )
Ciri-ciri siswa yang mempunyai ciri motivasi belajar tinggi , dapat dikenali
selama mengikuti proses pembelajaran , yaitu sebagai berikut : ( 1 ) Tertarik
kepada guru, artinya tidak acuh tak acuh kepada guru, ( 2 ) tertarik pada mata
pelajaran yang diajarkan, (3) antusias
tinggi , serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar, (4) ingin selalu tergabung dalam
dalam suatu kelompok kelas, ( 5 ) ingin
identitas diri diakui orang lain, (6) tindakan dan kebiasaan selalu terkontrol dalam lingkungan.nya.
Dengan melihat pernyataan diatas motivasi belajar adalah suatu upaya yang
dikondisikan oleh guru dalam menyediakan
kondisi kondisi tertentu sehingga siswa terdorong untuk mencapai tujuan belajar
yang telah dirumuskan sebelumnya.
Rendahnya
motivasi belajar siswa telah lama menjadi bahan pemikiran para guru di
lingkungan SMP negeri 6 Serang terutama bagi guru IPS . Pada umumnya siswa menampakkan kurang
bergairah , kurang bersemangat dan kurang siap dalam mengikuti pelajaran. Ketidaksiapan siswa tersebut akan
mempengaruhi terhadap proses pembelajaran suasana menjadi kurang aktif ,
interaksi antar guru dengan siswa sangat
kurang, apalagi antar siswa dan siswa , siswa cenderung pasif , hanya menerima
saja apa yang diberikan oleh guru. Lebih jauh lagi kondisi ini berpengaruh
terhadap hasil kognetif, afektif maupun psikomotor siswa , hal ini didukung
dari hasil observasi penulis di kelas 8 D kurang bertanggungjawabnya siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
sekitar 35 % siswa mempunyai nilai tugas yang rendah, 5 % tidak
mengerjakan tugas dengan berbagai alasan, seringnya keluar kelas dengan
berbagai alasan, , lebih dari 20 % siswa mengantuk pada saat pembelajaran
berlangsung, Rendahnya motivasi siswa
juga tercermin dari respon dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran . Berdasarkan hasil pengamatan kurang dari 5%
siswa yang berani tunjuk jari untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan kurang dari 2 % siswa berani tunjuk jari mengajukan
pertanyaan kepada guru. Kondisi ini
ternyata berpengaruh terhadap hasil ulangan harian siswa hanya mencapai
rerata 51,7 saja. Sedangkan
kriteria ketuntasan mata pelajaran IPS di SMP 6 Serang ditetapkan 65,00.
Kemungkinan rendahnya motivasi siswa
disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah model pembejaran yang
kurang mendukung dalam setting kelas yang mampu membangkitkan motivasi siswa
untuk aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Hak ini sejalan dengan pendapat Nasution ( 1986: 76) bahwa
motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu
mau dan ingin melakasanakan sesuatu. Dilain pihak karakter peajaran IPS
khususnya kajian geografi kecenderungan mengkaji keterkaitan konsep baik antar
konsep maupun dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sehingga muncul
kebermaknaan konsep tersebut bagi siswa. Karakter ini akan hilang apabila tidak
didukung oleh pendekatan yang mampu mendorong motivasi siswa untuk mengaitkan
antar konsep , yang muncul adalah
hapalan-hapalan yang kehilangan maknanya.
Peta pikiran adalah teknik
pemamfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainya untuk membentuk
kesan. Model peta pikiran ini dikembangkan oleh penemunya Tony Buzan pada
tahun 1970 –an didasarkan kepada riset tentang bagaimana
cara kerja otak sebenarnya. Otak
sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara ,
bentuk-bentuk dan perasaan ( de Potter :
2001:153) . Berbeda dengan penggunaan peta konsep lainnya seperti halnya model
berpikir lateral dengan peta konsepnya Edwar de Bono ( Bachman 2005: 88 ) Peta pikiran ala Tony Buzan ini menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola /konsep
maupun ide-ide yang berkaitan , seperti
peta jalan untuk belajar , mengorganisasikan dan merencanakan, sehingga dengan
menggunakan peta pikiran ini akan membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu
ingatan yang mudah. Pikiran tidak akan
mandeg karena mengulangi catatan tersebut dibuat dalam peta pikiran. Dan yang
jelas model peta pikiran ini akan menumbuhkan suasana menenangkan,
menyenangkan, dan kreatif karena siswa bebas menuangkan kreatifitasnya
berdasarkan modalitasnya masing-masing
tanpa ada paksaan.
Keberhasilan penggunaan model peta pikiran ini
digambarkan oleh Bachman ( 2005 : 78 ) tentang ceritra Edward Hughes seorang
siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata yang tidak mempunyai nilai istimewa
sama sekali nyatanya, setelah
diajari peta pikiran dari Tony Buzan
oleh ayahnya dan kemudian dia selalu
mendapat nilai A dalam pelajarannya, masuk Canbridge University , lulus dengan
hasil yang sangat memuaskan dan ditawari
pekerjaan yang penuh gengsi sebagai pemikir strategis dalam sebuah perusahan multi nasional.
Penggunaan
model peta pikiran dalam pembelajaran
sangat membantu kelancaran proses pembelajaran bagi siswa seperti yang
diungkapkan oleh Silberment ( 2004 : 59 ) Pemetaan pikiran merupakan cara
kreatif bagi tiap siswa untuk
menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari , atau merencanakan tugas
baru. Meminta siswa untuk membuat peta
pikiran memungkinkan mereka untuk
mengidentifikasi dengan jelas dan
kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan. Sejalan dengan pendapat Siberment
, Susilo dalam Zubaidah ( 2004) mengungkapkan bahwa peta pikiran membantu siswa aktif berfikir untuk memusatkan pada sejumlah ide pokok ( berupa konsep-konsep) dari suatu pokok
bahasan , yang secar rinci penggunaan peta konsep bagi siswa adalah : (1)
mengeksplorasi apa yang telah di ketahui oleh sipembelajar, (2) memberikan arah
pembelajaran. ( 3) membantu mengekstraksi arti kerja laboratorium atau studi
lapangan. (4) membantu membaca materi dari buku pelajaran , (5) membantu siswa
mencapai hasil pembelajaran yang berkualitas tinggi serta bermakna, karena membantu siswa
mengingat informasi dan melihat
keterkaitan antar konsep dan ( 6 ) membantu siswa menggabungkan ide yang satu
dengan lainnya.
Peta
pikiran ini bersifat idiosinkratik atrinya kebermaknaan konsep-konsep itu khas
termasuk bentuk visual yang menandai tiap konsep . Tidak ada peta pikiran yang
sama persis karena setiap peta pikiran
yang dibuat oleh seseorang menunjukkan
pengertiannya yang unik dalam
bidang pengetahuan tertentu ( Susilo : 1988 ). Prosedur model peta pikiran
dimulai dengan membuat sentra gambar , yang menggambarkan Topik atau gagasan
utamanya, selanjutnya topik tersebut dipecah menjadi unsur-unsur yang lebih
kecil dan menggambarkan unsur-unsur di sekeliling peta pikirian. Setiap
gagasan ditampilkan dengan gambar dengan menyertakan sedikit mungkin kata-kata atau kata kuncinya saja . Setiap
percabangan dan visual gambar usahakan menggunakan warna yang berbeda.
Untuk kepentingan penelitian
ini peneliti mencoba menyatukan sifat
idiokratik ini dalam satu Tim, pembuatan tim ini dimaksudkan untuk melatih
kerjasama siswa di dalam menyatukan ide-ide kreatif baik dalam penyebaran konsep maupun pembuatan
simbol visual tiap konsep yang didapat.
Dilain pihak pembuatan tim ini untuk membantu siswa yang kemampuannya
kurang sehingga bisa dibantu oleh siswa mempunyai kemampuan lebih. Akhir dari
kegiatan tim ini diharapkan menjadi bekal bagi anggota kelompoknya mendapatkan
pengertian yang sama tentang pembuatan model peta pikiran Tony Buzan.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat
motivasi belajar siswa kelas 8 D SMP Negeri 6 Serang dengan mengabil pokok
bahasan mengenai perubahan musim di Indonesia dan persebaran flora dan fauna di
Indonesia.pada semester 1.
Diharapkan penelitian ini bisa
berguna bagi siswa, guru dan Sekolah . Bagi siswa , peta pikiran Tony merupakan
salah satu cara untuk membiasakan diri untuk memiliki pengetahuan awal suatu
konsep sebelum mempejari konsep baru,
dan mampu meningkatkan motivasi dalam mempelajari pelajaran IPS – geografi yang
akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar . Bagi guru Peta pikiran Tony
Buzan merupakan salah satu alternatif alat proses pembelajaran untuk membantu siswa meningkatkan motivasi
belajar IPS- Geografi. Bagi sekolah :Meningkatkan prestasi sekolah dengan
meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa serta meningkatkan kemampuan guru
dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan pembelajaran.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
SMP Negeri 6 Serang untuk mata pelajaran IPS-Geografi . Sebagai Subyek
penelitian adalah siswa kelas 8 (
delapan ) D yang terdiri dari 44 siswa
yaitu 24 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan . Melibatkan 1 guru IPS
kelas 1 sebagai kolaborator. Kelas ini sebagai miniatur dari kondisi trasnsisi
budaya antara pedesaan dan perkotaan. Rancangan penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action
Ressearch ) Penelitian terdiri atas dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan
pada tanggal 30 Juli 2007 dan siklus ke
dua tanggal 4 Agustus 2007 . Masing-masing siklus melalui tahapan perencanaan (
planning ), pelaksanaan ( Acting ),
pengamatan ( Observating ) dan tindak lanjut ( Reflecting ). Secara umum alur
pelaksanaan tindakan kelas ini digambarkan oleh Kurt Lewis ((http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=3
).
Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Siklus ke satu :
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada
siklus 1, terdapat perubahan, yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila
dibandingkan dengan sebelum dilakukan penelitian . Hal ini terlihat saat proses
pembelajaran berlangsung misalnya pada saat presentase peneliti menunjuk salah
seorang siswa dari perwakilan kelompok untuk menuliskan hasil peta pikiran kelompoknya di papan tulis dan
hasilnya ditanggapi oleh kelompok lain, 5 kelompok dari 9 kelompok
berpartisipasi dalam penyempurnaan peta
pikiran yang dibuat oleh kelompok ; ada yang menambahkan cabang konsep
baru, membuat icon/label/gambar pada tiap konsep bahkan ada yang menyanggah
alur konsep. Kondisi tersebut di dukung dari hasil monitoring penilaian proses,
dari hasil monitoring penilaian proses yang digunakan sebagai indikator motivasi
siswa didapat hasil siswa yang
memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran dengan menggunakan mode Tim peta
pikiran Tony Buzan sebesar 40 % , siswa yang memiliki motivasi belajar
tergolong sedang sebesar 40 % , sedang siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah 20 %. Kadaan yang menonjol adalah berkurangnya ; siswa yang
ngantuk, tidak mengerjakan tugas, keluar
kelas dengan berbagai alasan hal ini terjadi karena setiap siswa dituntut oleh
kelompoknya untuk berperan dalam diskusi .
Kondisi yang kondusif
mendukung timbulnya keinginan siswa untuk mau dan mampu mencapai tujuan,
ternyata terbukti dari hasil siklus pertama ini walaupun perubahan tidak
terlalu mencolok hal ini terlihat dari meningkatnya hasil perolehan ulangan siswa setelah proses
siklus berakhir. Sebagai pembanding nilai peneliti mengambil nilai harian
pertama dari pokok bahasan keadaan geografis Indonesia yang pembelajarannya
tidak menggunakan model tim peta pikiran Tony Buzan. Hasil terlihat pada
perbandingan rerata nilai di bawah ini :
Tabel : 1 Skor rerata antara nilai sebelum dan sesudah tindakan pada
siklus 1
Skor
rerata test
|
|
Sebelum tindakan
|
Sesudah
tindakan siklus 1
|
51,6
|
61,7
|
Pada
akhir silus 1 di minta memberikan pendapatnya tentang pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan peta pikiran Toni Buzan ini . Hasil komentar ini
terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel : 2 Komentar siswa tentang penggunaan
model Tim Peta Pikiran Tony Buzan
No
|
Item pertanyaan
|
Pilihan Jawaban
|
Jumlah
Siswa
|
|||||
Setuju
|
%
|
Biasa saja
|
%
|
Tidak setuju
|
%
|
|||
1.
|
Lebih mudah belajarnya dan
lebih mudah mengerti.
|
38
|
95
|
6
|
5
|
-
|
44
|
|
2.
|
Lebih praktis dan lebih singkat
|
36
|
90
|
4
|
9
|
4
|
9
|
44
|
3.
|
Lebih mudah
dihafal
|
38
|
95
|
2
|
4
|
4
|
9
|
44
|
4
|
Tidak banyak
memakan waktu
|
37
|
84
|
5
|
11
|
2
|
4
|
44
|
5.
|
Menghemat buku
tulis
|
38
|
95
|
4
|
9
|
2
|
4
|
44
|
6
|
Lebih
menyenangkan
|
37
|
84
|
6
|
5
|
1
|
2,2
|
44
|
6.
|
Penjelasan
lebih kuat dan jelas
|
35
|
79
|
5
|
11
|
4
|
9
|
44
|
7.
|
Sulit untuk
membagi bagan
|
25
|
56
|
4
|
9
|
15
|
44
|
|
8
|
Sulit
menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lainnya
|
20
|
45
|
5
|
11
|
19
|
43
|
44
|
9
|
Ruwet dan
banyak cabang
|
15
|
34
|
7
|
15
|
20
|
45
|
44
|
10
|
Memerlukan
kertas yang lebar
|
10
|
22
|
4
|
9
|
30
|
68
|
44
|
11
|
Susah membuat
simbol /gambar tiap konsep /item
|
5
|
11
|
5
|
11
|
34
|
77
|
44
|
Dari
tabel di atas bisa diketahui bahwa sebagian siswa senang dengan model
pembelajaran peta pikiran Toni Buzan, hal ini terlihat persente pilihan setuju
untuk item ; lebih mudah belajarnya dan lebih mudah mengerti, lebih praktis dan
lebih singkat, lebih mudah dihapal, tidak banyak memakan waktu, menghemat buku
tulis dan penjelasan lebih kuat dan jelas menduduki presentase di atas 35 %.
Sedangkan sebagian siswa masih merasa kesulitan dalam membagi
bagan,menghubungkan antar konsep membuat label/icon/gambar tiap konsep.
Kenyataan ini memang terlihat dari produk peta pikiran beberapa kelompok masih
sederhana , hubungan konsep dengan konsep lain masih kurang, dan sebagian besar
belum ada label. Kekurangan ini di minimalisir pada saat presentase kelompok
dengan tambahan komentar dari peneliti, kondisi lain masih ada kelompok yang sulit membagi tugas masih ada
siswa dalam kelompok hanya sebagai pendengar setia saja, dilain fihak suasana
ribut Kekurangan-kekurangan tersebut
dicari alternatif pemecahannya. Alternatif
tersebut digunakan dalam persiapan tindakan siklus ke dua.
Berdasarkan hasil analisis
data dan pemantauan ditemukan beberapa aspek keberhasilan, terdapat perubahan, yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila
dibandingkan dengan sebelum pembelajaran dengan menggunakan model tim peta pikiran
Toni Buzan . Peningkatan motivasi ini terlihat pada saat kegiatan presentase
kelompok, dan tanggapan terhadap hasil presentase, 5 dari 9 kelomopok aktif
dalam menyempurnakan peta pikiran yang ditampilkan di papan tulis, siswa yang
ngantuk mulai berkurang dan siswa yang
keluar kelas selama pembelajaran suda tidak ada,. Dilihat dari hasil belajar juga tejadi peningkatan walau tidak terlalu
signifikan, yaitu dari 4,5 ke 6,1. Kondisi umum pada siklus 1 ini siswa merasa
senang terlihat dari hasil jajak pendapat pembelajaran dengan menggunakan peta
pikiran Tony Buzan ini lebih menyenangkan dengan persentase 84 %.
Sedangkan
kelemahan-kelemahan yang perlu di rencanakan kembali pada siklus berikutnya ,
yaitu : ( 1 ) siswa dengan motivasi belajar tinggi baru sebesar 40 % berarti
belum sesuai dengan indikator penelitian, ( 2). Pada pembuatan kelompok masih
terlihat ramai dan kacau, (3). Aktitivitas siswa dalam menanggapi presentasi masih kurang, masih ada siswa
yang tidak mau melibatkan diri dalam diskusi. ( 4 ) Pada saat presentase di
depan kelas beberapa siswa masih kelihatan canggung, takut dan malu, ( 5 )
waktu sebagian besar tealokasikan untuk diskusi sehingga terjadi kekurangan
waktu untuk presentase dan tanggapan. ( 6 ). Hasil peta pikiran yang dibuat
kelompok masih sederhana terlihat dari kurang sempurnanya penemuan konsep-konsep
dalam peta pikiran, simbol/icon dan label masih kurang.
Siklus ke dua
Rata-rata
motivasi siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ada peningkatan ini ditandai
dengan adanya :
Pada siklus ke dua diketahui ternyata hampir
seluruh kelompok sudah dapat membuat peta pikiran Tony Buzan dengan baik. Hal
ini terlihat dari hirarki pemikiran dalam menyusun konsep rata-rata sudah
benar, kelengkapan konsep yang harus ada dan simbol/icon/ gambar sudah mulai
mucul. Kondisi ini merupakan refleksi dari kesiapan siswa sebelum mengikuti
pelajaran , hal ini dibuktikan dengan masuknya semua tugas peta pikiran secara
individu yang ditugaskan pada siklus pertama. Beberapa tugas ditampilkan dengan
tujuan untuk memotivasi kegiatan dan memberikan penghargaan kepada siswa yang membuat
peta pikiran yang dikatogorikan baik dan benar.
Kegiatan diskusi pada siklus II lebih hidup karena setiap anggota sudah
mulai mengerti pembuatan peta pikiran Tony Buzan ini sehingga mereka aktif
memberikan masukan baik dalam pemetaan konsep maupun pemberian
label/gambar/icon tiap konsep. Keberanian siswa mulai muncul ketika guru
meminta kelompok mana yang mau mempresentasekan hasil diskusinya, hampir semua
kelompok mengacungkan tangan. . Pada saat sesi
tanggapan presentase partisipsi kelompok lain baik dalam penambahan
konsep , pembuatan label/icon/gambar Untuk memantapkan pemahaman terhadap peta
pikiran yang telah dibuat di tunjuk salah seorang untuk menjelaskan alur
berpikir dari peta konsep yang tertera di papan tulis , hasilnya cukup menggembirakan dengan hanya dibantu peta pikiran itu siswa tersebut
dapat menjelaskan materi yang didiskusikan. Kondisi ini didukung dari hasil
monitoring penilaian proses terlihat
sebesar 58 % naik 18 %, siswa yang memiliki motivasi belajar tergolong sedang
sebesar 30 % turun , 10% sedang siswa yang memiliki motivasi belajar rendah 12
% turun 8%. Siswa yang ngantuk dan minta
izin keluar sudah tidak ada.
Dilihat dari hasil test setelah proses pembelajaran
berlangsung, terlihat adanyan peningkatan skor dibandingkan dengan siklus ke-1
hal ini terlihat pada rerata pendapatan skor siswa pada akhir siklus ke-
2. Untuk lebih jelasnya tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel : 3 Skor rerata antara nilai sebelum dan sesudah tindakan pada
siklus 1
Skor
rerata test
|
|
Rerata skor siklus 1
|
Rerata
skor siklus 2
|
61,25
|
72,27
|
Berdasarkan
analisis pada diklus 2 didapatkan kemajuan-kemajuan diantaranya; produk peta
pikiran tiap kelompok rata-rata sudah baik, aktifitas siswa meningkat hal ini
didukung salah satunya oleh faktor kesiapan siswa sebelum mengikuti
pembelajaran. Kegiatan diskusi lebih kondusif dimana setiap peserta terlihat
sudah berusaha memberikan masukan dalam kelompoknya. Kegiatan sesi tanggapan
lebih aktif dibandingkan pada siklus pertama. Kondisi-kondisi tersebut
menandakan adanya peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini
didukung dari hasil pengamatan terjadi peningkatan siswa yang memiliki motivasi
tinggi sebesar 18 % dan menurunnya siswa yang memiliki motivasi rendah sebesar
8 % .
Dalam
peningkatan hasil belajar pada siklus kedua juga memperihatkan peningkatan ini
terlihat dari skor akhir kegiatan siklus 2 yang lebih besar dari siklus 1
,yaitu dari rerata 61,25 menjadi 72,72.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dikumpulkan baik dari
kolaborator, angket siswa hasil monitoring nilai proses siswa dapat dinyatakan bahwa model
pembelajaran Tim Peta Pikiran Tony Buzan
dapat meningkatkan motivasi belajar IPS-Geografi . Masalah yang ada pada saat
kegiatan pembelajaran IPS-Geografi yaitu
siswa menampakan kurang bersemangat dan kurang siap dalam menghadapi pelajaran sudah dapat diubah. Dengan diterapkannya model pembelajaran
IPS-Geografi dengan menggunakan mode tim
peta pikiran Tony Buzan. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa .
Dari
hasil pengamatan pada siklus ke-1 peta
pikiran yang dibuat siswa masih terlihat sederhana, sebagian besar belum
memberikan icon/gambar/label pada konsep-konsep yang dipetakan padalah ini
merupakan ciri khas dari peta pikiran Tony Buzan yang berfungsi sebagai alat untuk
membantu mengingat konsep tersebut. Hirarki pemetaan peta pikiran masih
terbatas belum mencakup konsep-konsep yang ada
dalam materi yang di diskusikan. Kondisi ini pada siklus ke dua berubah hampir seluruh peta pikiran yang
dibuat kelompok sudah memadai. Aktivits siswa yang terekam dalam monitoring
penilaian proser sebagai salah satu indikator untuk menilai motivasi siswa juga mengalami peningkatan dari siklus 1 ke
siklus 2, ini ditandai dengan meningkatnya presentase siswa yang mempunyai
motivasi tinggi sebesar dari 40 % ke 58
% dan berkuangnya kelompok siswa yang memiliki motivasi rendah dari
Perlu
diperhatikan untuk menguji pemahaman peta pikiran yang dibuat siswa hendaknya
guru menugaskan siswa menuliskan dengan kata-katnya sendiri alur pikiran yang
ada dalam peta pikiran yang dibuatnya hal ini lama kelamaan siswa akan mampu
mengiteprestasikan peta pikirannya secara langsung. Sedang kan untuk
mengembangkan peta pikiran siswa perlu dilatih untuk membuat peta pikiran yang lebih luas yang lebih banyak mengandung
konsep
Keberhasilan
dalam pencapai tujuan pembelajaran ternyat sangat di pengaruhi oleh kemampua
seorang guru di dalam menciptakan kondisi-kondis yang mampu menggerakkan siswa
agar perilaku siswa dapat diarahkan pada
upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Penciptaan
kondisi-kondisi yang mendukung terhadap pencapai tujuan salah satunya adalah
sajauhman seorang pendidik mampu
menampilkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi
yang diajarkannya.
Pelajaran
IPS khususnya IPS – Geografi dilihat dari karakter materinya merupakan salah
satu mata pelajaran kecenderungan mengkaji keterkaitan konsep baik antar konsep
maupun dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sehingga muncul
kebermaknaan konsep tersebut bagi siswa. Karakter ini akan hilang apabila tidak
didukung oleh pendekatan yang mampu mendorong motivasi siswa untuk mengaitkan
antar konsep , yang muncul adalah
hapalan-hapalan yang kehilangan maknanya.
Peta
pikiran Toni Buzan memberikan alternatif bagaimana seorang pembelajar
menggunakan pengingat-pengingat visual
dan sensorik dalam suatu pola /konsep maupun ide-ide yang berkaitan , seperti peta jalan untuk belajar
, mengorganisasikan dan merencanakan, sehingga dengan menggunakan peta pikiran
ini akan membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Pikiran tidak akan mandeg karena
mengulangi catatan tersebut dibuat dalam peta pikiran. Dan yang jelas model
peta pikiran ini akan menumbuhkan kesenangan dan ketenangan bagi siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah
dilaksanakan di kelas 8 D maka dapat disimpulkan bahwa :
- Penggunaan Model Tim Peta Pikiran Tony Buzan bisa
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPS-Geografi . Hal ini
terlihat dari hasil monitoring penilaian proses sebagai salah satu
indikator motivasi siswa
menunjukkan dengan meningkatnya katagori motivasi tinggi dari
siklus 1 sebesar 40 % menjadi 58 % pada siklus 2.
- Penggunaan
model Tim Peta Pikiran Tony Buzan dalam pembelaran IPS-Geografi dapat
meningkatkan prestasi siswa hal ini terlihat dari meningkatnyan hasil
belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 yakni dari rerata 61,25 jadi 72,27
Saran
- Dalam
penggunaan model Pembelajaran Tim Peta Pikiran Toni Buzan perlu
memperhatikan modalitas siswa, sebab tidak setiap siswa memiliki modalitas
visual yang merupakan ciri khas dari model ini
- Model pembelajarn Tim Peta Pikiran Tony Buzan ini bisa diterapkan pada pelajaran lain khususnya rumpun IPS ( Sejarah dan Ekonomi ).
Artikel ini meraih juara ke 2 dalam lomba
inovasi pembelajaran tingkat Provinsi Banten yang diselenggarakan oleh LPMP
Prov Banten 2007
DAFTAR
PUSTAKA
1. Bachman, Edmund, Phd,
2005, Metode Belajar Berpikir Kritis dan
Inovatif, Jakarta : Prestasi Pustaka.
2. De Porter,Debbi, 2001, Quantum Learning, Bandung :
Kaifa.
3. Hasan,
Hamid, 1995, Pendidikan Ilmu Sosial,
Jakarta : DIKTI Program Peningkatan Mutu Akademik.
4.
Jamarah, Syaiful, 2002, Psikologi
Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.
5. Maryati,
Enok, 2006, Manusia Sebagai Mahluk Sosial
dan Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial,
( Makalah disampaikan dalam pelatihan guru IPS se Indonesia ) , Bandung
6.
Nasution.S, Prof, DR, MA, 1989, Didaktik Asas Mengajar, Bandung :
Jammars.
7. Sopyan,
Hermanto, 2002, Teori Motivasi dan
Aplikasinya dalam Penelitian, Yogyakarta : Nurul Zannah.
8.
Sudjana, Nana, 2000, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung
: Remaja Rosda Karya.
9. Silberman, Melvin.L, 2004, Active Learning, Bandung :
Nusa Media.
10. Susilo, Herawati, 1999, Peta Konsep : Alat Pembelajaran yang penting
dalam pembelajaran Sains dengan Pilosofis Konstrutivisme, Makalah pelatihan guru Malang .
11. Zubaidah, M.Pd, 2004, Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Laboratorium UNM ( Laporan PTK ),
Malang .
12 ……………, 2007 .Model-Model Penelitian Tindakan Kelas ,
Direktorat Pembinaan SLB , Ditjen Pendasmen. (http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar