Laman

Kamis, 09 Februari 2012

PERUBAHAN PARADIGMA PENGAJARAN KE PEMBELAJARAN DAN PENERAPANNYA DALAM KTSP

( By : Deni Sopari, M.Pd )
Pengantar
            Salah satu konsep yang berubah dalam pelaksanaan KTSP yaitu berubahnya paradigma  pengajaran ( belajar mengajar ) menjadi konsep pembelajaran. Perubahan ini sangat penting bagi  guru sebagai pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan karena menyangkut perlakuan ( treatment ) terhadap siswa. Dalam konsep pengajaran kegiatan lebih terpusat ke guru ( teacher centered ) sedang dalam konsep pembelajaran kegiatan lebih difokuskan kepada aktivitas siswa belajar. Tulisan ini mencoba mengungkap apa itu konsep pembelajaran bagaiamana kondisi dalam pelaksanaannya dan apa yang dapat mendukung pelaksanaan paradigma konsep pembelajaran ini dalam setting kelas.

Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata  ” instructional” .yang digunakan sejalan dengan diterapkannya kurikulum kompetensi sebagai pengganti istilah pengajaran yang bermaksud merubah persepsi guru dari sebagai penyampai materi menjadi membelajarkan siswa sebagaimana diungkapkan oleh Erliany     ( 2007 : 25 )
istilah pembelajaran merupakan pengganti dari istilah pengajaran atau proses “belajar mengajar “. Walaupun secara konsep tidak ada perbedaan mendasar, tetapi penggunaan kata ini dimaksudkan agar terjadinya perubahan persepsi guru dari mengajar yang selama ini diartikan sebagai menyampaikan materi pelajaran menjadi membelajarkan siswa, dari konsep yang bersifat “ teacher orientedke arah “ student oriented”.
Dari pernyataan di atas jelas bahwa pembelajaran  diarahkan kepada peranan siswa sebagai subjek belajar. Selaras dengan pendapat Sukmadinata ( 2004 : 149 )  bahwa “ pembelajaran lebih diarahkan pada kegiatan yang sengaja diciptakan  guru agar siswa belajar “. Kegiatan yang disengaja artinya pembelajaran ini sudah benar-benar disiapkan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Hal tersebut terungkap dari pendapat Mcdonald ( Oliva, 1992 : 10 ) yang beranggapan bahwa pembelajaran merupakan ketukan yang berirama  ( putting ) dari perencanaan menuju pelaksanaan.  Instructional as the putting of plan into operation”.
Banyak para ahli pendidikan memberikan pengertian tentang pembelajaran secara berbeda namun secara umum pengertian pembelajaran bisa diartikan sebagai upaya mempersiapkan siswa agar mampu hidup di masyarakat seperti yang diungkapkan   oleh Hamalik ( 2008 : 25 )
Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini masa depan  kehidupan anak yang ditentukan orang tua. Oleh karena itu, sekolah berfungsi untuk mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat  yang akan datang
  Jhonson dalam Oliva ( 1992 : 10 ) mendefinisikan pembelajaran sebagai proses interaksi antara mengajar dengan belajar.  Insructional as the interaction between a teaching agent and one more individual intending to learn”.
Proses interaksi dalam pembelajaran tidak hanya merupakan interaksi antara mengajar dan belajar saja tetapi juga melibatkan lingkungan disekitarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (  2008 : 26 )
Pembelajaran merupakan   proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memamfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang ada pada diri siswa seperti : minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar  maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti  lingkungan, sarana dan sumber belajar  sebagai upaya untuk mencapai tujuan berlajar tertentu.
   Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik ( 1997 : 57 ) bahwa secara lengkap pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun  meliputi unsur – unsur manusiawi, materi, fasilitas, perlengkapan  dan prosedur  yang saling mempengaruhi  untuk mencapai tujuan. Dari pendapat  di atas bisa dikatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan.
Gagne & Briggs dalam Mahpuddin ( 2008 : 12 ) membedakan pembelajaran (Instructional) dengan pengajaran ( teaching ) . Pembelajaran meliputi semua peristiwa  yang berlangsung berpengaruh pada belajar, sedangkan mengajar hanya sebagai salah satu bentuk pembelajaran. Sementara itu Sukmadinata       ( 2004 : 149 ). mengungkapkan bahwa pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya sama  yaitu merupakan kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar siswa belajar. Hal tersebut senada dengan pendapat  Sagala dalam Erliany ( 2007 : 27 )
“ pembelajaran berkenaan dengan penyediaan dan pemamfaatan kegiatan dan sumber-sumber belajar yang sengaja diciptakan atau tercipta secara alamiah sehingga siswa terbantu untuk mempelajari dan menguasai kemampuan dan atau nilai  yang baru”
Kondisi Pembelajaran
Pencapaian tujuan pembelajaran diperlukan suatu kondisi yang mampu memfasilitasi agar siswa terdorong untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbantu untuk mempelajari dan menguasai  kemampuan  dan atau nilai-nilai baru.  Dalam proses tersebut diperlukan guru yang mampu memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.
Kondisi yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran menurut Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk pendidikan dasar dan menengah bahwa  proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik utuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian  sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Depennas, 2007 : 6 ).
            Mewujudkan kondisi  pembelajaran  yang mampu mengoptimalkan tujuan pembelajaran, terutama untuk pembelajaran bidang umum-akademis termasuk di dalamnya di SMP  menurut Sukmadinata  ( 2004 : 162 ) perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
  1. Menekankan pembelajaran  yang bermakna , baik bagi diri siswa/mahasiswa  saat ini, maupun  saat yang akan datang
  2. Menggunakan  metode dan media  yang bervariasi
  3. Menggunakan  pendekaran  dan metode  yang  menempatkan siswa / mahasiswa  sebagai subyek atau pelaku belajar
  4. Memberikan pengalaman yang kaya, baik pengalaman mendapatkan , mengolah  dan mengembangkan, mengaplikasikan pengetahuan , teori dan konsep-konsep, maupun memecahkan masalah serta menemukan dan menghasilkan hal-hal yang baru.
  5. Keseimbangan antara kegiatan pembelajaran secara klasikal , kelompok dan individual
  6. Keseimbangan antara belajar teori dengan praktik, di kelas, di luar kelas dan dilapangan .
  7. Memprioritaskan suasana belajar yang atraktif, motivated , kooperatif, bersahabat.
  8. Kompetensi lebih diarahkan pada kompetensi dengan dirinya sendiri, kompetensi dengan orang lain secara sehat dan bersahabat dan tetap dalam susana kooperatif . ( Sukmadinata, 2004 162-163 )
    Selanjutnya menurut Sukmadinata ( 2004 : 162 ) pembelajaran bidang umum-akademis menekankan pada penguasaan kompetensi akademik, yaitu kecakapan dan keterampilan mengaplikasikan konsep , teori dan prinsip-prinsip ilmu dalam berbagai aspek kehidupan. Kompetensi ini mencakup  kecakapan mengaplikasikan kemampuan berpikir tingkat menengah dan tinggi, yaitu aplikasi, analisis-sintesis, evaluasi , pemecahan masalah dan kreativitas.
Perlunya Model Pembelajaran
Upaya pencapaian kecakapan dan keterampilan dalam pembelajaran memerlukan model dan metode pembelajaran  yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir  kognitif  dan psikomotor tahap menengah dan tinggi dan juga yang menempatkan siswa sebagai subyek belajar dengan tetap memperhatikan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa.  Walaupun bukan berarti  metode-metode ekspositori            ( ceramah, tanya jawab dan demonstrasi ) tidak digunakan,  metode-metode tersebut tetap digunakan dengan mengkombinasikan dengan pendekatan dan model yang mengarah kepada kemampuan berpikir tingkat menengah dan tinggi.
Model dan pendekatan yang mengarah kepada berpikir tingkat menengah dan tinggi tersebut diantaranya, pembelajaran ; kontekstual, mencari bermakna, berbasis pengalaman, terpadu, kooperatif, berpikir induktif, pemerolehan konsep, latihan inkuiri, sinektik, klarifikasi nilai, bermain peran,  non direktif, kelompok dan berbuat,    ( Sukmadinata, 2004 : 163-164 ).
Konsekuensi logis guru dalam kontek pembelajaran harus mampu menguasai dan memilih pendekatan, model dan metode belajar yang dituntut dalam konsep pembelajaran menyebabkan bergesernya paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran dapat terwujud.

Penutup
Perubahan paradigma dari pengajaran kepembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbantu untuk mempelajari dan menguasai  kemampuan  dan atau nilai-nilai baru. Di sisi lain konsep pembelajaran mengarahkan siswa untuk memiliki  kecakapan mengaplikasikan kemampuan berpikir tingkat menengah dan tinggi. Dengan demikian guru  harus mampu menguasai dan memilih pendekatan, model dan metode belajar yang dituntut dalam konsep pembelajaran sehingga bergesernya paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran dapat terwujud.
Daftar Rujukan :

Sukmadinata.S.N ( 2009 ). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja     Rosdakarya.
Hamalik, 2008 :4 Hamalik, O ( 2008 ) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT.       Remaja Rosda Karya.
Sanjaya,W ( 2008 ). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ). Jakarta : Predana Media Group.
Oliva, 1996 : 6. Develoving Curriculum Trird Edition , London, Harver
Mahfuddin,A ( 2008 ). Konsep Kurikulum dan Pembelajaran ( Materi Matrikulasi Pasca Sarjana / S2 Kampus Serang). Bandung :Prodi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca Sarjana UPI
Erliany ( 2007 : 23) Erliany.S. ( 2007 ). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial . Disertasi Doktor pada PPS Bandung: tidak diterbitkan.
 Depennas ( 2007 ) Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SMP. Jakarta : Departemen

Tidak ada komentar: