Laman

Selasa, 07 Februari 2012

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII E SMP NEGERI 14 KOTA SERANG


( CLASSROOM ACTION RESEARCH )

Oleh :
Deni Sopari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir  siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  di kelas 8E SMP Negeri 14 Kota Serang melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing . Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Ressearch ) yang dilaksanakan dalam tiga siklus tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : Perencanaan (Planning ), Pelaksanaan ( Acting ), Observasi ( Observating )  dan Refleksi ( Reflecting ) . Dari hasil observasi perkembangan keaktivan siswa mulai siklus kesatu, kedua dan ketiga terbukti bahwa model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan aktivitas berpikir siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPPS 13.0 hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berpikir yang signifikan . Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada guru-guru IPS untuk mendiskusikan dan mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam praktek pembelajarannya.
Kata kunci :Pembelajaran IPS, model pembelajaran inkuiri terbimbing ,keterampilan berpikir.
A.    Pendahuluan
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan salah satu program yang harus ditempuh oleh siswa di jenjang SMP ditujukan supaya siswa mampu untuk berpikir dan berlatih kritis, analitis dan kreatif, serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan sosial dan proses internalisasi yang menekankan pada proses mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan yang sudah disederhanakan. Proses ini diharapkan juga dapat membiasakan siswa melakukan klarifikasi terhadap sistem nilai, dengan Pancasila sebagai kerangka rujukan disertai keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT (Somantri , 2001:45).
Pencapaian tujuan pembelajaran IPS adalah pentingnya  mengembangkan  keterampilan berpikir (Somantri,2001:184). Hal yang sama    National Council for the Social Studies (NCSS) mengemukakan keterampilan berpikir (thinking skills) dalam pelajaran IPS merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa di samping keterampilan penelitian (research skills), berpatisipasi sosial (social participation skills), dan berkomunikasi (communication skills) (Maryati, 2006 ). Wahab ( 2000) menegaskan dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS harus diperjelas dengan jalan memperbanyak latihan penerapan keterampilan; berpikir, inkuiri ilmu sosial, belajar dan keterampilan-keterampilan kelompok dan tindakan warga negara. Pentingnya keterampilan berpikir bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial juga diperlukan agar siswa mampu menemukan sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya, sebagaimana diungkapkan oleh   Hasan (1996:113).
Keterampilan berpikir penting bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial. Dengan menguasai keterampilan berpikir siswa yang belajar ilmu-ilmu sosial akan mampu mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya, ataupun dilihatnya sehingga ia menemukan sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya.
Hasil pengamatan penulis di kelas VIII E  SMP Negeri 14 Kota Serang teridentifikasi kecenderungan rendahnya keterampilan berpikir siswa terlihat selama aktivitas pembelajaran siswa sangat pasif, siswa tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, tidak kreatif dan mandiri, dalam mencari sumber sangat tergantung apa yang diberikan guru apalagi berpikir kreatif dan inovatif dalam mencari permasalahan dan pemecahannya serta keberanian membuat kesimpulan dari topik yang sedang dipelajari. Pencapaian hasil pembelajaran hanya berkisar kepada tingkat mengetahui atau hapal  saja. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran yang soalnya mengandung permasalahan hanya sebagian kecil siswa   yang mampu menyelesaikan dengan baik dengan rata-rata nilai 54,77.
Kondisi pembelajaran di atas  apabila dibiarkan kecenderungan keterampilan berpikir  siswa akan rendah dan salah satu tujuan pembelajaran IPS yaitu mengembangkan keterampilan berpikir siswa tidak akan tercapai.  Hal ini dikarenakan aktivitas tersebut merupakan modal dasar bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru yang merupakan indikator keterampilan berpikir seseorang (Depennas  2007:15).
 Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut  adalah dengan mengimplemetasikan suatu model pembelajaran yang dipandang mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa.  Model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan keterampilan berpikir pada diri siswa adalah model pembelajaran inkuiri. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya ( 2009 ; 197 ). Pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan  dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Hal senada diungkapkan Savage dan Amstrong (Sapria, 2009:80 ) yang menyatakan bahwa mengembangan pendekatan inkuiri sebagai salah satu upaya guru dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir.
Jenis inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi siswa SMP kelas VIII yang kecenderungan masih baru dengan model inkuri yaitu jenis model inkuiri terbimbing sebagaimana diungkapkan oleh Friesen dalam Kelow              ( 2008).” With young children or students new to inquiry it is usually necessary to use a form of guided inquiry” (  http://www.galileo.org/inquiry-what.html ), dengan prosedur ; 1) konfrontasi masalah, eksplorasi dan 3) penyimpulan. Setelah melalui ujicoba baik terbatas maupun luas berkembang menjadi lima langkah baku yaitu, 1) konfrontasi masalah , 2) eksplorasi, 3) pembuktian hipotesis, 4) rekomendasi dan 5) penyimpulan.   (  Jhon R. Lee [ 1974 ], Arthur K Ellis [1976], Barry K Beyer [ 1971] , Byron Massialas  [ 1966]  dan S.Hamid Hasan [ 1996] ).
            Berdasarkan deskripsi pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dikaji melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
”Apakah model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam Mata Pelajaran IPS di SMP ? ”
B. Pertanyaan Penelitian
            Permasalahan tersebut di atas dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.      Apakah  model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII E SMP N 14 Kota Serang?
2.      Apakah  model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII E SMP N 14 Kota Serang?
C. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian
            Berdasarkan pertanyaan penelitian sebagaimana disebutkan , maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
         Menemukan pemecahan masalah rendahnya keterampilan berpikir siswa dalam mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 14 Kota Serang dengan menggunakan   desain model pembelajaran inkuiri terbimbing
            Mamfaat praktis hasil penelitian tindakan kelas ini antara lain.Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran peningkatan keterampilan berpikir dalam mata pelajaran IPS . Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan jadi pedoman untuk meningkatkan mutu pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPS di sekolah yang dipimpinnya.
D. Metodologi Penelitian.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang lebih dikenal dengan sebutan Penelitian Tindakan Kelas  ( Classroom Action Research ) . ( Nasution , 45 : 1989).
Sebagai tahap awal diadakan studi pendahuluan  ( orientasi ) untuk melihat kondisi real pembelajaran IPS dan masalah-masalah yang timbul. Dalam orientasi ini diketemukan adanya gejala kurangnya aktifnya siswa dalam mengikuti pelajaran IPS yang berdampak kepada rendahnya keterampilan berpikir siswa. Setelah diketemukan permasalahan dicari solusi pemecahannya dengan memilih salah satu model inkuiri sebagai alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya model inkuiri  ini direalisasikan dalam wujud penelitian tindakan  kelas dengan menggunakan tiga siklus.
  Rancangan penelitian yang digunakan rancangan  tindakan kelas dari model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:
            Setiap siklus lanjutan  direncanakan berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya sehingga masing-masing-masing siklus  saling berkaitan .  Siklus berikutnya merupakan modifikasi dari siklus sebelumnya  untuk mencapai hasil yang lebih baik .  Dengan kata lain  kekurangan dan kelemahan yang ditemui dalam satu siklus dijadikan sebagai bahan perencanaan untuk siklus selanjutnya.
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 14 Kota Serang , beralamat di jalan Kagungan N0. 7 Kota Serang, dengan tiga siklus dilakukan mulai tanggal 5 April sampai dengan 19 April 2010. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VIII E. Dengan jumlah peseta didik sebanyak 40 siswa, dengan perincian 20 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Dengan melibatkan satu orang kolaboran dari guru pengajar IPS
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan ( observasi ) dokumentasi dan hasil belajar. Observasi dilakukan pada setiap siklus, análisis dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dan hasil belajar digunakan pada setiap siklus untuk melihat perkembangan keterampilan berpikir siswa
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Selama proses siklus pengeimplementasian model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir baik itu pada siklus kesatu, dua dan tiga diadakan evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan prilaku siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis dan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru dan peneliti yang kemudian hasilnya dipadukan. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat , mencari informasi dan menyimpulkan. Perilaku yang diamati diceklis pada format yang telah disediakan dengan kriteria  aktif  jika siswa melakukan  empat sampai lima aktivitas, sedang jika siswa melakukan  dua sampai tiga aktivitas dan kurang aktif jika siswa melakukan satu jenis aktivitas . Evaluasi hasil dilakukan melalui tes tertulis berbentuk tes essay . Pengukuran atau tes pada evaluasi hasil dilakukan dua kali yaitu sebelum siklus dilakukan  pretest dan setelah selesai siklus (posttest ) yang dilakukan setiap akhir siklus baik itu pada siklus kesatu maupun siklus kedua dan ketiga. Hasil pengukuran tersebut dikemukakan secara rinci sebagai berikut:
1). Evaluasi Proses
Hasil observasi aktivitas siswa dalam siklus kesatu, kedua dan ketiga disajikan  pada tabel di bawah ini :
Tabel
Aktivitas Siswa pada Tiap Siklus
Siklus
Jumlah
Siswa
Hasil Observasi
Kurang Aktif
Sedang
Aktif
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
39
18
46,2
19
48,7
2
0,05
2
39
11
28,3
21
53,8
7
17,9
3
39
4
10,2
20
51,3
15
38,5

Dilihat dari segi proses aktivitas siswa berdasarkan tabel di atas mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan pada siklusterbatas ada peningkatan aktivitas yaitu : 1) Terjadinya penurunan siswa yang kurang aktif dengan indikator hanya satu aktivitas saja yang didominasi dengan mencari data atau informasi  saja dari 46.2%, 28.3%, 10.2%,.  2). Terjadinya kenaikan kategori  aktivitas sedang dengan indikator siswa melakukan dua sampai tiga aktivitas yang kebanyakan didominasi aktivitas; mencari informasi, bertanya dan menyimpulkan mulai dari 48.7%, 53.8%, pada siklus  kedua. Pada siklus ketiga  dan keempat menurun  51.3% hal ini terjadi karena aktivitas aktif  naik. 3) Terjadi kenaikan aktivitas aktif dengan indikator siswa melakukan empat sampai lima aktivitas yaitu mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mencari data, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan  naik mulai dari siklus kesatu sampai ketiga, yaitu mulai dari 0,05%, 17.9%, dan 38.5%
2). Evaluasi Hasil       
Evaluasi hasil belajar  dalam uji terbatas didapat dari perbandingan hasil pretest dan posttest yang dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran data hasil terlampir. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS Versi 13.0 didapatkan rangkuman hasil sebagai berikut:

Tabel
Rangkuman Evaluasi Hasil Tiap Siklus
Siklus

Evaluasi
Rata-
rata
Simp.
Baku
t
df
Signifikan
1

Pretest
54.77
18.58
7.868
38
0.00
Posttest 1
66.82
12.69
2

Posttest 1
66.82
12.69
6.70
38
0.00
Posttest 2
72.26
11.59
3
Posttest 2
72.26
11.59
5.382
38
0.00
Posttest 3
77.13
11.53

Dari tampilan data hasil dari setiap siklus di atas terlihat pada siklus kesatu mempunyai nilai rata-rata  sebelum pembelajaran    ( pretest) dilakukan sebesar  54.77 dengan standar deviasi 18.58. Sedangkan rata-rata sesudah pembelajaran ( posttest ) sebesar 66.82 dengan standar deviasi 12.69. dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukan siklus kesatu lebih besar 12.05 jika dibandingkan dengan rata-rata sebelum tindakan. Dilihat dari simpangan baku antara sebelum siklus (pretest ) dan sesudah siklus kestu ( posttest )  menunjukkan bahwa skor simpangan baku sebelum siklus kesatu lebih besar dari simpangan baku setelah dilakukan siklus kesatu. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa sebelum dilakukan siklus kesatu lebih bervariasi jika dibandingkan dengan setelah dilaksanakan siklus kesatu terlihat bahwa kemampuan siswa dalam cenderung lebih merata.
  Pada siklus kedua   nilai rata-rata posttest kesatu sebesar  66.82 dengan standar deviasi 12.69. Sedangkan rata-rata posttest kedua sebesar 72. 26 dengan standar deviasi 11.59, dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus kedua lebih besar 5.44  jika dibandingkan dengan rata-rata posttest kesatu. Jika dilihat dari simpangan baku antara posttest kesatu  dan  posttest kedua menunjukkan bahwa skor simpangan baku posttest kesatu lebih besar dari simpangan baku  pada posttest kedua . Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada siklus kedua memperlihatkan kecenderungan lebih merata.
Pada siklus ketiga nilai rata-rata postest kedua sebesar  72.26 dengan standar deviasi 11.59.  Sedangkan rata-rata posttest ketiga sebesar 77.13 dengan standar deviasi 11.53, dari data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklusketiga lebih besar 4.871 jika dibandingkan dengan rata-rata posttest kedua. Dilihat dari simpangan baku antara posttest kedua dan  posttest ketiga menunjukkan bahwa skor simpangan baku posttest kedua  lebih besar dari simpangan baku  pada posttest ketiga . Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada siklus ketiga memperlihatkan kecenderungan lebih merata.
F.     Pembahasan.
Pada pembahasan ini difokuskan kepada pembahasan temuan selama proses pembelajaran dan dampak penggunaan model inkuiri terbimbing dalam peningkatan berpikir siswa baik dilihat dari evaluasi proses maupun hasil diuraikan sebagai berikut.
1.      Temuan Penelitian.

 Selama penelitian berdasarkan hasil observasi dari pelaksanaan langkah-langkah inkuiri terbimbing dari tiap siklus  didapatkan temuan-temuan sebagai berikut

a.       Berdasarkan temuan hasil penelitian dalam langkah konfrontasi masalah tampak terlihat hal-hal sebagai berikut :
·         Terjadi proses melibatkan  siswa ke dalam permasalahan yang akan dipecahkan. Siswa terlihat lebih mudah dalam mengidentifikasi masalah. Dalam proses ini terjadi apa yang diistilahkan Piaget ( Hasan 1996:85) proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi terlihat siswa sudah mampu mengenal permasalahan yang dihadapinya, sedangkan proses akomodasi terlihat siswa sudah mampu menyesuaikan informasi baru dengan pengalaman yang mereka miliki. Dengan demikian mereka sudah dapat membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman mereka sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.
·         Kesulitan yang dihadapi diatasi dengan menyampaikan contoh-contoh masalah-masalah aktual yang terjadi di sekitar kehidupan siswa yang  berfungsi sebagai stimulant untuk mengungkap kembali pengalaman yang telah dimilikinya.
·         Siswa terlihat antusias dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari guru, begitu juga keberanian mengajukan saran dalam merumuskan masalah dan hipotesis.
           Temuan pada langkah konfrontasi masalah di atas adanya proses pengkondisian siswa untuk aktif berpikir  dengan jalan melibatkan atau menghadapkan langsung pada permasalahan yang akan dipecahkan. Langkah ini didukung oleh pendapat  Suriasumatri ( 2003:29) manusia akan berpikir apabila sedang menghadapi masalah dan prinsip penerapan kontruktivisme kognitif dalam pengembangan lingkungan belajar yang dikemukakan Jonassen (Murphy,1997) diantaranya menciptakan lingkungan dunia nyata yang menggunakan  kontek yang relevan dengan tempat dimana belajar dan pendekatan realistis untuk memecahkan masalah di dunia nyata. Kedua prinsip tersebut bisa dilakukan dengan menghadapkan siswa terhadap permasalahan-permsalahan yang terjadi di lingkungannya.(http://www.ucs.mun.ca/~emurphy/stemnet/cle2b.html). Tujuan menghadapkan langsung siswa terhadap permasalahan adalah untuk menarik perhatian siswa dan menggali rasa keingintahuan mereka. Untuk itu dalam hal ini guru perlu mencari masalah yang benar-benar mengungkap keingintahuan pada diri siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar, seperti yang diungkapkan oleh Kurse (2009).
In order for any learning to take place, you must first capture the attention of the student An even better way to capture students' attention is to start each lesson with a thought-provoking question or interesting fact Curiosity motivates students to learn .(http://www.e-learningguru.com/articles/kurse_bio.html.).

      Pada langkah pertama implementasi model pembelajaran inkuiri ini, guru dituntut untuk mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pembelajaran yang dikemukakan Piaget ( Mergel,1998 ) yaitu dengan menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Pentingnya mempersiapkan pertanyaan selain mengarahkan aktivitas belajar juga untuk mengungkap proses berpikir anak seperti yang diungkapkan Sanjaya ( 2009: 198) Peran guru dalam model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya, sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh karena itu kemampuan guru dalam bertanya untuk setiap langkah berpikir sangat diperlukan.
b.      Temuan hasil penelitian dalam langkah eksplorasi, memperlihatkan hal-hal sebagai berikut.
·         Siswa terkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan berbagai sumber baik yang disiapkan guru maupun siswa diikuti dengan bimbingan pertanyaan dari guru yang mengarah kepada upaya penemuan data yang sesuai pelacakan dan pengolahan data pada tahap ekplorasi ini bisa berjalan dengan  baik.
·         Kondisi diskusi bisa berjalan dengan baik. Pembagian kelompok dengan memperhatikan heterogenitas anggota terbukti efektif dalam mendukung pembagian kerja dalam kelompok. Pada proses ini terjadi saling mengisi diantara anggota kelompok sehingga proses diskusi dan pencapai target bisa tercapai.
·         Munculnya pertanyaan-pertanyaan baik secara kelompok maupun individu memberikan indikasi bahwa mereka melakukan proses belajar dengan benar. Begitu juga dengan jenis pertanyaan yang mengarah kepada pertanyaan tingkat tinggi menunjukkan bahwa model ini bisa meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
·         Pertanyaan-pertanyaan menguji yang diberikan guru terhadap permasalah yang sedang dihadapi dapat dijawab dengan baik ini memperlihatkan bahwa mereka sudah mampu mengembangkan proses berpikirnya.
Dari temuan di atas  terjadinya proses kegiatan pelacakan dan pengungkapan data untuk membuktikan hipotesis. Kegiatan pelacakan dan pengungkapan data dan pembuktian hipotesis tersebut melibatkan penggunaan metode yang mengaktifkan siswa , kegiatan ini dilakukan secara kelompok. Kegiatan kelompok ini untuk membantu perkembangan kognitif anak seperti diungkapkan oleh Piaget (Mergel,1998) belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam.
c.       Langkah pembuktian hipotesis, adalah kegiatan dalam membuktikan apakah jawaban sementara yang dirumuskan itu benar setelah dibuktikan dengan hasil pengolahan data. Temuan penelitian dalam tahap pembuktian hipotesis :
·         Siswa terlibat dalam pengolahan data yang diakhiri dengan penyimpulan bahwa hipotesis yang diajukan sebelumya bisa diterima atau ditolak berdasarkan data-data pendukung yang mereka temukan.
·         Munculnya pertanyaan yang berupa sintesis kepada guru untuk memastikan apakah hasil akhir pengolahan data untuk merumuskan hipotesis tidak menyimpang
d.      Langkah Rekomendasi, rekomendasi ini berasal dari hasil pembuktian hipotesis, gejala ini memperlihatkan bahwa siswa sudah mampu memprediksikan cara-cara pemecahan masalah yang dihadapinya.
Hasil temuan penelitian pada tahap rekomendasi.
·         Pada saat diskusi kelas terlihat beberapa siswa mengajukan rekomendasi berdasarkan pembuktian hipotesis sebagai alternatif pemecahan masalah yang mereka diskusikan, begitu juga dari laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok.
e.       Langkah penarikan kesimpulan.. Temuan pada langkah ini siswa mampu menghubungkan antara teori dengan data yang ada dilapangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat  Hasan (1996:237). Kegiatan menyimpulkan bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis keterkaitan teori dengan data yang ada di lapangan.
Kelima langkah inkuiri terbimbing di atas di dalamnya kaya akan dasar-dasar keterampilan berpikir seperti; memahami, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi menditeksi, menginterprestasikan, membedakan , menditeksi, mempertimbangkan, membandingkan, mempediksikan, menunjukkan, memisahkan, membedakan, memilih, menelaah,  menghubungkan, menerima, menolak, mengubah, menegaskan , membuktikan, memutuskan dan menyimpulkan.  Menurut Nickerson                              ( Costa,1991:44) dasar-dasar keterampilan berpikir tersebut apabila digabungkan ke dalam kelompok-kelompok yang menghasilkan suatu proses berpikir sebagai dasar dalam keterampilan berpikir. Dengan demikian model inkuiri dilihat dari segi pelaksanaan langkah-langkahnya,  tepat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
2.         Dampak Penggunaan Model Inkuiri Terbimbing dalam Peningkatan Berpikir Siswa
Berdasarkan hasil temuan keseluruhan siklus  terbukti secara empirik model inkuiri terbimbing yang digunakan  dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa khususnya untuk mata pelajaran IPS di kelas VIII E di SMP 14 Kota Serang.  Keberhasilan dari penggunaan model ini bisa dilihat dari segi proses dan hasil.
·         Dilihat dari segi proses aktivitas siswa sebagai indikator melakukan kegiatan berpikir mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan selama penelitian tindakan dilaksanakan, dari perkembangan hasil siklus kesatu, kedua dan ketiga bahwa model inkuiri yang dikembangkan mampu meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Hasil tersebut terjadi dikarenakan pengimplentasian model ini hampir seluruh kegiatan terpusat ke siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip inkuiri yang diungkapkan Thirteen Ed Online ( 2004 ) Inquiry learning puts the learner at the center of an active learning process, and the systemic elements (the teacher, instructional resources, technology, and so forth) are prepared or aligned to support the learner. Begitu juga dengan pendapat Beyer ( 1971:14 ) Inquiry teaching is much less  teacher  dominated or “ telling” than is that method of teaching associated with memorizing . Inquiry teaching  is much more student  centered.
Hasil penelitian dari hasil obervasi aktivitas siswa ini juga membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri merubah paradigma pembelajaran seperti yang diungkapkan Bruce ( 2009 ) For students, this method of learning ends the listen-to-learn paradigm of the classroom and gives them a real and authentic goal challenges to overcome.
Peningkatan aktivitas siswa tiap siklus ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang merupakan indikator utama terjadinya peningkatan keterampilan berpikir siswa.  Evaluasi hasil belajar siswa dalam model inkuiri terbimbing dipusatkan sampai sejauhmana siswa dapat menggunakan keterampilan intelektualnya
yang berhubungan dengan model ini   seperti yang diungkapkan  Jarolimek ( 1976:102) Evaluation of pupil learning in the inquiry mode focuses on the extent to which the learner is able to use the intellectual skill associatiated whit this mode.
Keberhasilan model ini dalam meningkatkan keterampilan berpikir siswa dibuktikan dari data hasil penelitian. Hasil penelitian berdasarkan hasil análisis statistik membuktikan adanya perbedaan hasil  siswa yang berarti dari tiap siklus. Berkenaan dengan homogenitas penguasaan keterampilan berpikir dilihat dari perkembangan simpangan baku  yang dihasilkan pada siklus kesatu, kedua dan ketiga menunjukan penurunan, berarti tingkat penguasaan keterampilan berpikir setelah diberi perlakuan dengan model inkuiri terbimbing lebih merata, hal ini bisa ditafsirkan lebih banyak siswa yang menguasai keterampilan berpikir.
Dari data yang di dapat membuktikan bahwa melalui pembelajaran inkuiri yang digunakan, keterampilan berpikir siswa lebih baik permasalahan rendahnya keterampilan berpikir siswa dalam mata pelajaran IPS sudah dapat ditangulangi. Indikator kinerja terjadinya peningkatan berpikir sekurang-kurangnya  60 % siswa kelas 8 E keterampilan berpikirnya meningkat selama proses pembelajaran dan sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas 8 E mendapatkan nilai IPS 75,0 sudah terpenuhi.
 Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Sapriya (2009 : 70 ) pendekatan inkuiri memilliki keunggulan terutama  untuk mengembangkan kemampuan berpikir  maupun pengetahuan, sikap dan nilai pada peserta didik dibanding dengan pendekatan klasikal atau tradisional.

G. Kesimpulan dan Saran

1.      Kesimpulan
Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa  selama proses pembelajaran hal terlihat dari segi proses mapun hasil.
a.       Dari segi proses model ini mampu mengaktifkan siswa yang tercermin dari aktivitas yang meningkat dari tiap siklus berupa aktivitas mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mencari data, mengemukakan pendapat, menyimpulkan  upaya merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencari data membuktikan hipotesis dan membuat rekomendasi.
b.      Dari segi hasil, model ini juga terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang merupakan indikator peningkatan keterampilan berpikir siswa.
Dari pernyataan di atas bisa ditarik kesimpulan permasalah pembelajaran rendahnya keterampilan berpikir yang ditandai dengan kondisi siswa tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat , bertanya, menjawab pertanyaan, tidak kreatif dan mandiri, dalam mencari sumber sangat tergantung apa yang diberikan guru apalagi berpikir kreatif dan inovatif dalam mencari permasalahan dan pemecahannya serta keberanian membuat kesimpulan dari topik yang sedang dipelajari sudah bisa diatasi dengan demikian model pembelajaran inkuiri terbimbing ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa.  
2.      Saran – saran
a.      Untuk Guru Mata Pelajaran IPS.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diimplementasikan dalam penelitian ini terbukti secara empirik dapat meningkatkan keterampilan berpikir. Untuk itu model ini bisa digunakan dalam pembelajaran IPS sebagai salah satu alternatif menjawab permasalahan pembelajaran IPS selama ini terutama dominasinya pendekatan ekspositori dan dominasi metode ceramah, sehingga salah satu tujuan pembelajaran IPS dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berpikir bisa tercapai.
b.      Untuk Kepala Sekolah.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijadikan salah satu contoh model yang bisa dijadikan acuan oleh kepala sekolah dalam mendorong, membina dan memfasilitasi inovasi dan peningkatan mutu pendidikan terutama dalam mata pelajaran IPS di sekolah yang dipimpinnya.
                                    *)        Hasil Penelitian ini telah diseminarkan dalam Seminar Nassional Inovasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh PK Pasca UPI bekerja Sama dengan HIPKIN Thn 2010

DAFTAR PUSTAKA

·         Beyer,K.B ( 1971 ) Inquiry in The Social Studies Classroom. Ohio: Charles E. Merill Publishing Company
·         Beyer, K.B ( 1991). Teaching Thinking Skill a Hand Book for Secondary School Teachers. Boston: Allyn Bacon.
·         Costa,L.A. ( 1988 ). Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia Alexandria : Association for Supervision and Curriculum Development.
·         Conway, J ( 1997 ) Educational Technology . [Online] Tersedia di: http://copland.udel.edu [ 3 Desember 2009 ]
·         Depennas ( 2007 ) Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
·         Hasan,H. ( 1996 ). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dep. P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan.
·         Jarolimek, J ( 1977 ). Social Studies in elementary Education . New York: Mc Milland Published.
·         Kurse,K (2008 ). Gagne's Nine Events of Instruction: [On line ] Tersedia di : http://www.e-learningguru.com/articles/kurse_bio.html. [ 3 Desember 2009]
·         Maryati,E. ( 2006 ) Manusia Sebagai Mahluk Sosial dan Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial,  Makalah disampaikan dalam pelatihan guru IPS se Indonesia , Bandung.tidak diterbitkan.
·         Mergel,B. (1998) instructional Design. [Online] Tersedia di : http://www.usask.ca/education [ 3 Desember 2009]
·         Murphy.E ( 1997). Contructivist Learning & Teaching. [On line ] Tersedia di : http://www.ucs.mun.ca/~emurphy/stemnet/cle2b.htm [ 3 Desember 2009]
·         Sanjaya,W ( 2009 ). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standat Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana
·         Somantri,N.M. ( 2001 ). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
·         Sapriya. ( 2009 ). Pendidikan IPS. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya
·         Sincero,P ( 2006 ) What Inquiry-Base Learning ?. [Online] Tersedia di : www.inquirylearn.com  [ 10 Agustus 2010 ]
·         Suriasumantri.S.J. ( 2003 ). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
·         Sumaatmadja.N. ( 1980 ). Metodologi Pengajaran IPS .Bandung : Alumni.
·         Wahab, A.A ( 2007 ) Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial           ( IPS ). Bandung : Alfabet.







1 komentar:

abi mengatakan...

Ga sengaja Nemu blog pak deni... Hehe salam pak