Oleh : Deni
Sopari.
Guru IPS – Geografi
SMP Negeri 14 Kota Serang
Pendahuluan
Joyce, Weil, dan Showers dalam Depenas (2004) menyatakan bahwa hakekat
mengajar (teaching) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan
cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari
proses mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar dengan
mudah dan efektif di masa mendatang. Tekanan dari kegiatan mengajar tetap saja
pada siswa yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi
siswa dalam belajar agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari
tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang
mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang
keterlibatan siswa dalam strategi pembelajaran ataupun melaksanakan
pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan
jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai
kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang
belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi
lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Hamzah Uno
(2007). mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian,
peristiwa, kondisi, dsb. yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi
pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.
Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh guru saja,
melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai
pengaruh langsung pada proses belajar mengajar. Pembelajaran mencakup pula
kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar,
program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari
bahan-bahan tersebut. Saat ini pemanfaatan berbagai program
komputer untuk pembelajaran, sudah secara meluas digunakan dalam pembelajaran
atau dikenal dengan e-learning (electronic-learning), contoh: CAI
(Computer Assisted Instruction) atau CAL (Computer Assisted Learning),
belajar lewat internet, pendidikan SIG (Sistem Informasi Geografis), web-site
sekolah, dll. Segala upaya dan sumber pembelajaran diharapkan dapat membantu
siswa didalam menyerap segala pengetahuan yang didapat, dengan ukuran yang
telah ditentukan oleh pemerintah dengan dikembangkannya konsep standar
penguasaan minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik., dengan demikian
rendahnya daya serap yang berujung kepada rendahnya prestasi siswa bisa
dihindarkan.
Rendahnya daya serap atau prestasi
belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang
menekankan pada peran aktif siswa, sebenarnya inti persoalannya adalah pada
masalah "ketuntasan belajar" yakni pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara
perorangan. Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah yang penting,
sebab menyangkut masa depan siswa, terlebih bagi mereka yang mengalami
kesulitan belajar.
Pembelajaran tuntas (mastery learning)
sendiri diartikan sebagai sistem pembelajaran yang mengharapkan setiap siswa
harus mampu menguasai kompetensi-kompetensi dasar (basic learning
objectives) secara tuntas, yakni sekurang-kurangnya harus mencapai skor
minimal 75 %. ( Depenas : 2004 )
Rendahnya pencapaian ketuntasan
belajar merupakan masalah yang banyak
dihadapi oleh para pengajar , kecenderungan rata-rata ketuntasan yang dicapai
oleh siswa kurang memuaskan dan di bawah Kriteria Ketuntasan yang sudah
ditentukan, hal ini berpengaruh juga kepada banyaknya siswa yang tidak bisa
menuntaskan belajarnya.. Hal ini terjadi juga dalam mata pelajaran IPS-Geografi
di kelas 8 terutama menyangkut ketuntasan Kompetensi dasar mendeskripsikan
kondsi fisik wilayah yang kecenderungan banyak materi yang abstrak yang membuat
siswa menjadi jenuh . Padahal materi ini
menuntut motivasi tinggi dari siswa untuk mampu menterjemahkan konsep abstrak
tersebut ke konsep konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme. Hal ini didukung
oleh data dari tahun ajaran sebelumnya pencapai kompetensi dasar ini sebelumnya
belum menunjukkkan hasil yang memuaskan . Hal ini tampak dari hasil evaluasi
setelah menyelesaikan pembelajaran. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan, sehingga dalam pencapaian
ketuntasan kompetensi dasar tersebut siswa yang tuntas hanya mencapai 40 %
dengan rata-rata nilai 56.75 dari KKM 60 untuk penguasaan konsep untuk bidang
studi IPS yang ditentukan pada tahun ajaran 2007/2008 di SMP Negeri 14 Kota
Serang jadi bisa di katakan hampir 60 % siswa tidak tuntas. Dilain pihak pada
tahun ajaran 2008/2009 KKM untuk penguasaan konsep IPS di SMP Negeri 14 Kota
Serang ditentukan , yaitu 65 untuk penguasaan konsep 70 untuk
keterampilan social . Apalagi kalau dihubungkan dengan target mencapai
ketuntasan yang diharapkan oleh seorang siswa dalam menguasai materi ideal yang
ditetapkan dalam aturan standar
nasional yaitu 75% ( Depenas : 2004 ), . Tuntutan kurikulum
2006 atau KTSP dalam hal "ketuntasan belajar" minimal 75 %. ini menyangkut pencapaian tarap
penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajar
secara perorangan ( Depnenas : 2004 ). Oleh sebab itu masalah ketuntasan dalam belajar merupakan
masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan siswa, terlebih bagi mereka
yang mengalami kesulitan belajar.
Hal ini terlihat juga pada saat
proses pembelajaran, kondisi siswa
kurang respon terhadap materi yang disampaikan mereka kecenderungan pasif.
Kondisi semacam ini jika dianalisis banyak faktor penyebabnya salah satunya
terbatasnya kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak tentang letak,
iklim dan musim .
Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kekurang berhasilan, maka dalam pembelajaran materi yang
mendukung pencapaian Kompetensi Dasar mendeskripsiskan hubungan kondisi fisik
wilayah perlu dikaji faktor utama yang
memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi siswa. Melalui pengkajian
dapat ditemukan dan sekaligus ditentukan langkah – langkah untuk memperbaikinya.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki system pembelajaran antara
lain dengan memanfaatkan media peta dan globe
semaksimal mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian materi
pembelajaran , penambahan tugas mengerjakan LKS, tetapi belum menunjukkan hasil
yang memuaskan, terutama dalam menigkatkan pencapaian Kompetensi Dasar
tersebut. Atas dasar kenyataan yang demikian, maka perlu dicari alternative
lainnya dengan melakukan inovasi –inovasi baik dalam metode penyampaian maupun
penggunaan fasilitas media serta pemanfaatan komputer sebagai media untuk
meningkatkan ketercapaian Kompetensi dasar mendeskripsikan kondisi fisik
wilayah.
Penggunaan media powerpoint yang merupakan salah satu aplikasi
penggunaan komputer di lihat dari karakteristik dan nilai praktis sebagai
media yang salah satunya dapat membuat
konsep abstrak menjadi konkrit ( Kenthut : 2004 ). Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
ketercapaian kompetensi dasar tentang kondisi fisik wilayah di kelas 8 SMP Negeri 14 Kota Serang .
Penggunaan media ini belum banyak dilakukan dalam peningkatan pencapain
Kompetensi Dasar mendeskripsikan kondisi fisik wilayah.
Tujuan dan Mamfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah
disampaikan , Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk menemukan
media pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam memahami konsep-konsep abstrak dalam kompetensi dasar kondisi fisik wilayah yang hasil akhirnya
mampu meningkatkan pencapaian Kompetesi dasarnya.
Mamfaat yang
ingin dicapai adalah bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan,
khususnya dalam media pendidikan
geografi serta dapat diaplikasi secara
praktis di kelas sebagai salah satu bentuk media pembelajaran di ruang kelas, sehingga siswa
tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak dalam materi
kondisi fisik wilayah. Dengan demikian inovasi yang telah ditemukan dapat
digunakan dalam pengajaran geografi yaitu terhindarnya siswa dalam verbalisme dalam materi geografi
Perencanaan Tindakan
Identifikasi Masalah
Berdasarkan fakta di lapangan penguasaan
siswa kelas 8 terhadap kompetensi dasar mendeskripsikan kondisi wilayah menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, hal
ini terlihat dari banyaknya siswa yang tidak mampu mentuntaskan kompetensi
dasar ini dan rata-rata pencapaian kompetensi dasar yang masih di bawah KKM
yang sudah ditentukan. Kondisi ini apabila dibiarkan berlarut-larut akan
berdampak pada pencapaian ketuntasan mata pelajaran . Padahal masalah
ketuntasan belajar merupakan masalah penting sebab menyangkut masa depan siswa,
terlebih bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Untuk mengatasi
permasalah tersebut , peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya meningkatkan pencapaian
kompetensi dasar mendeskripsikan wilayah mata pelajaran IPS-Geografi melalui penggunaan media powerpoint di kelas 8 A SMP
Negeri 14 Kota Serang.
Analisis dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang
ditemukan pada pembelajaran pencapaian Kompetensi Dasar ( KD) mendeskripsikan
kondisi fisik wilayah di kelas 8 SMP Negeri 14 Kota Serang, peneliti mencoba
mencari penyebab mengapa siswa banyak yang tidak tuntas dan rata-rata
pencapaian kompetensi dasar masih rendah dibawah KKM yang telah
ditentukan.. Dari pengamatan yang
dilakukan diperoleh hasil analisis masalah sebagai berikut ,
1. Siswa
belum memahami konsep-konsep abstrak yang tersaji dalam materi mendeskripsiskan
kondisi fisik wilayah yang muncul kecenderungan verbalisme.
2. Aktivitas
guru dalam menjelaskan materi lebih didominasi dengan metode ceramah
dibandingkan dengan metode lainnya dan siswa kurang dilibatkan dalam proses
pembelajaran
3. Penggunaan
alat bantu globe dan atlas yang selama ini digunakan dalam pembelajaran materi
mendeskripsikan kondisi fisik wilayah kurang begitu menarik perhatian siswa.
Berasarkan latar belakang dan identifikasi
masalah , dapat diambil rumusan masalah :
” Apakah penggunaan powerpoint dapat
meningkatkan pencapaian Kompetensi dasar kondisi fisik wilayah di Kelas 8 A SMP
Negeri 14 Kota Serang .”
Rencana Tindakan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka disusun rencana tindakan yang diharapkan dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Rencana perbaiakan disusun dalam bentuk siklus
yang saling berkelanjutan , yaitu sebagai berikut :
1. Siklus 1
Pada siklus pertama ini dimulai dengan
fase memberikan rangsangan dengan menampilkan powerpoint tentang kondisis fisik
wilayah yang dibantu dengan in focus dan komputer yang telah diisi dengan
program pembelajaran di tiap-tiap kelompok , dengan tujuan membangkitkan
rangsangan keingintahuan pada diri
siswa yang juga penciptaan suasana baru
dan peneliti hanya menginginkan pemahaman siswa dalam penggunaan media
powerpoint .
Selama
siklus pertama berlangsung , kolaborator mengamati tindakan yang dilakukan oleh
guru/peneliti dan mendata hasil dan
kemajuan yang dicapai siswa dengan menggunakan perangkat monitoring (untuk guru) dan evaluasi ( untuk siswa )
Berdasarkan data hasil pengamatan baik melalui
catatan maupun rekaman video , maka hasil catatan peneliti dikoordinasikan
dengan kolaborator untuk mengetahui
kelancaran proses pembelajaran.
Apabila
dalam siklus pertama peningkatan prosentase
ketuntasan siswa belum nampak
berarti , maka peneliti akan melakukan
tindakan berikutnya dengan melakukan siklus ke dua tanpa mengesampingkan hasil yang sudah
dialami pada tindakan /siklus
sebelumnya.
2. Siklus 2
Dengan merefleksi dari hasil pada siklus pertama, kita dapatkan kekurangan
/ kelemahan dan kelebihan/keunggulan. Untuk memperbaiki kekurangan / kelemahan
dan lebih menguatkan kelebihan /
keunggulan yang sudah ada pada siklus
pertama, dilakukan tindakan /siklus berikutnya ( ke dua) dengan tujuan adalah
lebih mengerucut kepada perbaikan motivasi dan hasil belajar dalam pemahaman
konsep dengan menggunakan media powerpoint
Diharapkan
setelah siklus ke dua ini , target dari tujuan yang hendak dicapai yaitu
meningkatkan peningkatan pencapaian Kompetensi Dasar Kondis wilayah dapat
tercapai. Dimana hasil ini akan berdampak pada pencapaian ketuntasan Standar
kompetensi yang telah ditentukan melalui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditentukan di lingkungan SMPN 14 Kota
Serang untuk Bidang Studi IPS khususnya mata pelajaran IPS – Geografi.
Hipotesis
Tindakan
Apabila guru menggunaan media powerpoint dapat
meningkatkan pencapaian Kompetensi dasar mendeskripsikan kondisi fisik
wilayah di kelas 8 A SMP Negeri 14 Kota Serang
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Tempat
pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 kota Serang
yang sebelumnya bernama SMP Negeri 6 Serang yang beralamat di Jalan Kagungan
No. 7 Serang. Subjek penelitian ini ,
yaitu siswa kelas 8 A dengan jumlah siswa 40 siswa, yang terdiri 22 siswa
perempuan dan 18 siswa laki-laki. Dengan melibatkan satu
orang kolaboran dari guru pengajar IPS kelas 7.
Prosedur
Pelaksanaan
Prosedur PTK ini menggunakan prosedur dari Kurt
Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting),
c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan
keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus .
Penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus. Setiap siklus
lanjutan direncanakan berdasarkan
refleksi dari siklus sebelumnya sehingga masing-masing siklus saling berkaitan . Siklus berikutnya merupakan modifikasi dari
siklus sebelumnya untuk mencapai hasil
yang lebih baik . Dengan kata lain kekurangan dan kelemahan yang ditemui dalam
satu siklus dijadikan sebagai bahan perencanaan untuk siklus selanjutnya.
HASIL PENELITIAN
1. Siklus 1
Hasil
kegiatan penelitian ini menekan
kepada dua aspek yaitu :
a. Rata-rata peningkatan pencapaian kompetensi
dasar (KD) kondisi fisik wilayah.
Setelah
dilakukan tindakan-tindakan pada siklus 1, terdapat perubahan dalam peningkatan pencapaian
kompetensi dasar kondisi fisik wilayah pada sub materi pokok pembelajaran letak
geografis Indonesia Indonesia . Hal ini terlihat dari hasil test yang dilakukan
setelah proses pembelajaran berakhir dan
hasilnya dibandingkan dengan hasil sebelumnya . Pencapaian rata-rata nilai siswa mencapai 65,5
seperti tercantum dalam tabel di bawah ini
Tabel : 1
Peningkatan rata-rata pencapain kompetensi dasar.
peningkatan pencapain kompetensi dasar
|
||
Rata-rata sebelum tindakan
|
Rata-rata pada siklus ke - 1
|
Peningkatan
|
56.75
|
65.5
|
8,75
|
Dari tabel di atas terlihat adanya
peningkatan rata-rata kelas dalam peningkatan pencapaian kompetensi dasar yaitu
terjadi peningkatan 8,75. Kalau
dihubungkan dengan target pencapaian KKM yang telah ditentukan di SMP
Negeri 14 Kota Serang pada tahun ajaran 2007-2008 rata-rata hasil penelitian ini telah melampai
0,0,5 .
Peningkatan
pencapain kompetensi dasar dalam materi pokok ini terlihat dari skor jawaban
yang diberikan oleh siswa tentang posisi geografis Indonesia rata-rata menjawab
benar ( 90% ) atau mampu menjawab benar 4 yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 4 soal dari 5 soal yang
diajukan sedangkan untuk nomor 5 dengan pertanyaan ” Bagaimana pengaruh
posisi geografis siswa yang menjawab
sempurna 50% ( menjawab dengan benar 3 pengaruh posisi geografis ) ,40% kurang
sempurna ( menjawab 2 jawaban ) dan tidak sempurna ( menjawab 1 atau tidak sama
sekali memberikan jawaban ) . Hasil test
dari sub pokok materi posisi geografis yang cukup menggembirakan ini dimungkinkan karena siswa terlebih dahulu
diberikan pengertian letak dan posisi Indonesia secara berurut mulai dari
posisi bumi dalam sistem tata surya,
letak dan posisi Indonesia dalam bola bumi dan akhirnya ditampilkan
posisi Indonesia dalam peta dalam bentuk sebenarnya di lapangan. Sehingga siswa
dengan melihat tampilan tersebut mampu menyimpulkan posisi. Tampilan powerpoint
pada siklus 1 terdiri dari ; posisi bumi dalam tata surya, posisi Indonesia di
bola bumi,skema garis lintang dan garis bujur, nama dan kedudukan garis hayal
dalam globe, pembagian waktu
b.
Peningkatan jumlah ketuntasan pencapaian
kompetensi dasar (KD) kondisi fisik wilayah.
Peningkatan pencapaian kompetensi dasar
pada siklus 1 ternyata berpengaruh terhadap peningkatan jumlah siswa yang mampu
menuntaskan kedua indikator ini, ketuntasan
mata pelajaran IPS untuk pemahaman konsep pada tahun ajaran 2008 – 2009
yang ditetapkan di SMP Negeri 14 Kota Serang adalah 65 .Banyaknya siswa yang mampu menuntaskan
materi dengan KKM 65 pada siklus 1 sebanyak 26 orang dari 40 peserta didik
dengan rincian nilai sebagai mana tersaji dalam tabel di bawah ini
Tabel : 2
Peningkatan jumlah pencapain
ketuntasan kompetensi dasar.
N0
|
Rentang Nilai
|
Jumlah siswa
|
%
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
|
75 ke atas
65 s.d. 70
Kurang dari
65
|
10 orang
16 orang
14 orang
|
25
%
40 %
35
%
|
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
|
Jumlah
|
40
|
100 %
|
Yang tuntas
65 %
|
Dari data di atas terlihat jumlah siswa yang tuntas mencapai 26 siswa
dari 40 peserta didik atau mencapai 65 % . Pencapaian ini apabila dibandingkan
dengan data awal penelitian mengenai jumlah siswa yang berhasil tuntas pada
kompetensi dasar tentang kondisi fisik wilayah ini yang hanya mencapai 40
% dari peserta didik, berarti ada
peningkatan dari 40 % siswa menjadi 65 % atau terjadi kenaikan 25
%. Atau ada peningkatan dari 16 siswa menjadi 24 siswa atau terjadi peningkatan
10 orang siswa.
Catatan
lain dari siklus adalah terjadinya
perubahan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan
powerpoint ini berdasarkan pengamatan baik yang dilakukan oleh peneliti maupun
kolaboran, terjadi perubahan aktifitas. Siswa terlihat lebih antusias dalam
mengikuti materi, hal ini dimungkinkan dengan tampilan powerpoint dengan segala
pareasinya mampu meningkatkan perhatian
siswa dilain pihak media powerpoint ini merupakan media baru.
Hal ini terlihat hampir semua siswa ingin
mencoba langsung mengoperasikan program powerpoint ini di komputer yang ada dikelompoknya bahkan
kecenderungan saling ingin paling duluan mencoba. Keingintahuan akan materi ini
terlihat dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa mengenai
tampilan-tampilan yang tersaji dalam powerpoint. Kondisi ini di dukung oleh
pendapat siswa yang terjaring dalam jajak pendapat mengenai pembelajaran dengan
menggunakan media powerpoint terekam
Dari rubrik pertanyaan terlihat bahwa sebagian
besar siswa berpendapat bahwa mereka lebih memahami terhadap konsep-konsep
abstrak yang ada pada materi kondisi fisik wilayah, hal ini terlihat dari
persentase pilihan lebih jelas memahami konsep yang kurang jelas mencapai 98 %
atau 38 siswa dari 40 siswa setuju dengan pernyataan kejelasan konsep abstrak
tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan siswa bahwa dengan menggunakan
powerpoint ini mereka lebih
terfokus ( 98%) hal ini akibat dari
ketertarikan mereka terhadap tampilan-tampilan dipowerpoint yang notabene baru
mereka lihat, sehingga belajar lebih menyenangkan dan tidak jenuh . Sedangkan sebagian siswa berpendapat bahwa dengan menggunakan
powerpoint lebih susah karena harus mampu mengopersikan komputer terutama aplikasi powerpoint (37.5
%), sulit menterjemahkan gambar dalam powerpoint dan 15% berpendapat lebih
ruwet dan susuah dimengerti . Kenyataan
ini memang terlihat pada saat diskusi
menyelesaikan kertas kerja, sebagian siswa kelihatannya pasif dan hanya sebagai
pemerhati saja. Keadaan ini
diminimalisir dengan adanya intervensi peneliti dengan langsung membantu kepada
siswa yang masih kesulitan di dalam mengoperasikan komputer. Kondisi lain dalam penggunaan powerpoint ini
masih adanya kelompok yang sulit membagi tugas, masih adanya kecenderungan
pendominasian oleh seseorang di dalam mencari jawaban yang tersaji di
powerpoint. Pada saat presentasi disini juga terlihat masih saling tunjuk siapa
yang harus tampil sehingga memakan
waktu. Kekurangan-kekurangan tersebut dicari alternatif pemecahannya
. Alternatif tersebut digunakan dalam persiapan siklus
selanjutnya.
2. Siklus 2
Dalam kegiatan pengamatan pada siklus 2 ini peneliti sama menekankan kepada dua aspek
yaitu :
a. Rata-rata peningkatan pencapaian kompetensi
dasar (KD) kondisi fisik wilayah.
Rata-rata motivasi siswa dalam
pembelajaran pada siklus 2 ada peningkatan ini ditandai dengan adanya :
Pada siklus ke dua diketahui pada hasil
test yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir, terjadi peningkatan
rata-rata pencapaian kompetensi dasar
untuk pencapaian dua indikator musim dan persebaran flola fauna di
Indonesia , yaitu meningkat dari 65,5 menjadi
72,12 atau terjadi peningkatan sebesar
18,3
Tabel : 4 Peningkatan rata-rata pencapain kompetensi
dasar.pada siklus 2
peningkatan pencapain kompetensi dasar
|
||
Rata-rata siklus
Ke 1
|
Rata-rata pada siklus
ke 2
|
Peningkatan
|
65.5
|
72,12
|
18,3
|
Materi
yang di coba divisualisasikan dalam power poin pada siklus ke 2 ini adalah
tentang musim di Indonesia dengan indikator siswa mampu mengidentifikasikan
penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim
kemarau di wilayah Indonesia dan pencapaian indikator mampu menginformasikan
persebaran flora dan fauna tife Asia , Australia serta kaitannya dengan
pembagian wilayah Wallacea dan Webber.Tampilan powerpoint pada siklus 2
meliputi : model perputaran bumi terhadap matahari, sketsa peredaran semu
matahari, skema angin musim barat laut dan angin musim timur laut, peta
pembagian fola dan fauna di Indonesia dan contoh gambar fauna di tiap wilayah.
b. .
Peningkatan jumlah ketuntasan pencapaian
kompetensi dasar (KD) kondisi fisik wilayah.
Peningkatan
rata-rata kompetensi dasar pada siklus ke dua ini, mempengaruhi jumlah siswa
yang mampu mentuntaskan materi yang di tetapkan yaitu 65 untuk penguasaan
konsep, bahkan beberapa siswa mampu melampaui batas KKM yang sudah ditentukan. Hal ini terlihat
dari data hasil test untuk 2 materi ini,
seperti yang tersaji pada tabel
di bawah ini.
Tabel : 5 Peningkatan
jumlah pencapain ketuntasan kompetensi
dasar.
N0
|
Rentang Nilai
|
Jumlah siswa
|
%
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
|
75 ke atas
65 s.d. 74
Kurang dari
65
|
15 orang
20 orang
5 orang
|
37.5
%
50 %
12.5
%
|
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
|
Jumlah
|
40
|
100 %
|
Yang tuntas
87,5 %
|
Berdasarkan analisis pada siklus 2
didapatkan kemajuan-kemajuan diantaranya; terjadinya peningkatan pencapaian
rata-rara kompetensi dasar. yaitu meningkat dari 65,5 dari siklus ke-1 menjadi
72,12 pada siklus ke 2 atau terjadi peningkatan sebesar 18,3. Peningkatan rata-rata pencapaian
kompetensi dasar ini berpengaruh terhadap jumlah siswa yang berhasil
menuntaskan pencapaian kompetensi dasar yang berpedoman kepada kriteria
ketuntasan materi ( KKM) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPS terutama
untuk pencapaian konsep yaitu 65.
Dengan rincian siswa yang
mendapatkan nilai dari 75 ke atas
terdapat 15 orang, antara 65 sampai dengan 74 terdapat 20 siswa dan di bawah 65 terdapat 5
orang siswa. Dengan demikina terjadi peningkatan jumlah yang berhasil tuntas
dari 65% menjadi 87,5 % atau terjadi peningkatan 22,5 %
Dilihat
dari segi proses terutama pada aktifitas siswa, pencapaian yang cukup
signifikan baik dari peningkatan pencapaian
rata-rata kompetensi dasar dan jumlah siswa yang tuntas. Didukung oleh
kondisi pembelajaran yang kondusif, hal ini setelah di adakan tindakan-tindakan
perbaikan pada siklus 2. Diantaranya meratanya siswa yang mampu mengoperasikan
komputer ditiap kelompok, kejelasan pembagian tugas tiap kelompok, kesiapan
siswa dalam menghadapi materi baru karena sudah dipersiapkan sebelumnnya,
komputer yang tidak berfungsi sudah bisa digunakan sehingga tidak berebut. Dari perbaikan kondisi pembelajaran ini siswa
lebih terpokus mengerjakan tugas kelompoknya.
Ketika saat presentase, penunjukan wakil kelompok untuk
mempresentasekan, hampir semua kelompok mengacungkan tangan . Dan ketika siswa
yang terpilih mewakili salah satu
kelompok, berdasarkan pengamatan sudah
mampu dengan baik mengoperasikan aplikasi powerpoint dan menjelaskan materi di
dalamnya.
Dalam sesi tanggapan terhadap hasil diskusi animo siswa
cukup tinggi hal ini terlihat dari pengamatan , banyak siswa yang ingin
mengomentari, bertanya bahkan menambahkan materi yang dipresentasekan.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang
dikumpulkan baik dari kolaborator, angket siswa hasil monitoring nilai proses siswa dapat dinyatakan bahwa
penggunaan media powerpoint mampu meningkatan pencapaian kompetensi dasar ( KD
) mendeskripsikan konsisi fisik wilayah
Masalah yang ada pada saat kegiatan
pembelajaran mendeskripsikan kondisi fisik wialayah yaitu rendahnya
pencapaian rata-rata kompetensi dasar dan banyaknya siswa yang tidak mampu
mentutaskan kompetensi dasar mendeskripsikan kondisi fisik wilayah, khususnya
di kelas 8A SMP Negeri 14 Kota Serang
sudah dapat diubah. Dengan
diterapkannya penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran materi konsisi
fisik wilayah.
Dari hasil pengamatan pada siklus ke-1 rata-rata peningkatan ketuntasan
siswa dibandingkan dengan sebelum
tindakan masih rendah yaitu hanya 8,75 , sebagian besar siswa masih terlena
dengan tampilan-tampilan yang tersaji dalam powerpoint, hal ini terlihat dari
jawaban yang diberikan yang sifatnya analisis banyak siswa yang mengalami
kesulitan. padalah dalam pembelajaran
dengan menggunakan media powerpoint ini diharapkan siswa mampu memprediksikan
tampilan-tampilan gambar/flas yang tersaji dan mampu menghubungkan antara satu
konsep dengan konsep sehingga dapat menyimpulkan gejala-gejala yang terjadi
pada kajian materi konsisi fisik wilayah.yang menjadi indikator bahwa siswa
sudah mampu memahami konsep-konsep abstrak manjadi nyata.. Kondisi ini tidak
terlepas dari kesiapan siswa, terutama dalam kesiapan materi awal siswa.
Disamping itu penggunaan media powerpoint ini masih baru, sehingga banyak
siswa yang lebih terfokus kepada
tampilan powerpoint dibandingkan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Pada siklus ke-2 setelah diadakan perbaikan terhadap kekurangan yang terjadi pada
siklus 1, terutama dalam kesiapan materi, pembagian kelompok terjadi perubahan
hampir seluruh kelompok mampu menyelesaikan tugas . Aktivitas siswa yang
terekam dalam monitoring penilaian proses sebagai salah satu indikator untuk
menilai motivasi siswa selama pembelajaran dengan mengggunakan media
powerpoint juga mengalami peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2, ini ditandai dengan aktifnya setiap siswa dalam
menyesaikan tugas kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing serta munculnya
pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan-tanggapan terhadap hasil presentase yang disampaikan oleh temannya
dari kelompok lain dan yang paling penting siswa sudah terkondisikan dengan penggunaan media powerpoint ini .
Kondisi yang kondusif ini berpengaruh terhadap peningkat rata-rata pencapaian
hasil belajar yaitu meningkat menjadi
72.12.
Peningkatan rata-rata pencapaian kompetensi dasar dan peningkatan jumlah
siswa yang berhasil mentuntaskan kompetensi dasar ini, terlihat dari kesimpulan meningkatnya
rata-rata hasil belajar siswa dari 65,5
dari siklus ke-1 menjadi 72,12 pada siklus ke 2 .Peningkatan rata-rata
pencapaian indikator ini apabila dirata-ratakan dapat mewakili pencapaian
rata-rata peningkatan ketuntasan kompetensi dasar keadaan fisik wilayah yaitu 4
dari lima indikator yang ada pada kompetensi dasar ini. Rata-rata pencapaian
dari 4 indikator ini adalah 68,81. Kondisi peningkatan pencapaian kompetensi
dasar ini berpengaruh juga terhadap jumlah siswa yang tuntas yaitu terjadi
kenaikan 22,5% yaitu dari 65 % ke 87,5 % . Artinya apabila dirata-ratakan jumlah
siswa yang tuntas pada siklus 1 dan 2 mencapai 76,25 % atau sebanyak 31 siswa
dari 40 siswa
Perlu diperhatikan dalam
pembelajaran yang mengunakan media
powerpoint ini pengajar dituntut untuk membuat tampilan-tampilan yang menarik
dan sistematik, artinya tampilan yang dikemukakan hendaknya tidak monoton
tetapi ada variasi tampilan, hal ini bertujuan selain untuk menarik perhatian
siswa, pemvisualitasan konsep-konsep abstrak akan lebih efektif. Sedangkan
sistematik artinya tampilan tersebut harus terurut dengan baik, sehingga siswa akan mampu menghubungkan satu
konsep dengan konsep lain dalam satu kompetensi dasar . Dengan demikian
diharapkan siswa kan
mampu membuat kesimpulan dari kompetensi dasar yang sedang di kaji.
Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran khususnya pencapaian kompetensi dasar ternyata sangat di pengaruhi oleh kemampuan
seorang guru di dalam menciptakan kondisi-kondis yang mampu menggerakkan siswa agar perilaku siswa dapat diarahkan pada
upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Penciptaan kondisi-kondisi yang
mendukung terhadap pencapai tujuan salah satunya adalah sajauhmana seorang pendidik mampu menampilkan suatu
media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkannya.
Pelajaran IPS khususnya IPS –
Geografi dilihat dari karakter materinya merupakan salah satu mata pelajaran
kecenderungan mengkaji konsep abstrak dan keterkaitan konsep baik antar konsep
maupun dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sehingga muncul kebermaknaan
konsep tersebut bagi siswa, salah satu muncul dalam kompetensi dasar
mendeskripsikan kondisi fisik wilayah. Karakter ini akan hilang apabila tidak
didukung oleh pendekatan yang mampu mendorong motivasi siswa untuk memahami
konsep-konsep abstrak tersebut dan
mengaitkan antar konsep , yang
muncul adalah hapalan-hapalan yang kehilangan maknanya yang akhirnya
menimbulkan verbalisme pada diri siswa
Media powerpoint merupakan salah
satu aplikasi penggunaan komputer di lihat dari karakteristik dan nilai praktis
sebagai media. Yang salah satunya dapat
membuat konsep abstrak menjadi konkrit, memberikan alternatif bagaimana seorang
pembelajar menggunakan pengingat-pengingat
visual dalam suatu pola /konsep maupun ide-ide yang berkaitan. Dan yang jelas pengunaan
media power poin ini akan menumbuhkan kesenangan dan ketenangan bagi siswa, dan
penyakit verbalisme yang selama ini menjadi masalah dalam pelajaran
IPS-geografi yang menyangkut konsep-konsep abstrak bisa ditanggulangi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas 8 A untuk
Kompetensi Dasar mendeskripsikan kondisi wilayah pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2008 – 2009 di SMP Negeri 14 Kota Serang. maka dapat disimpulkan
bahwa penggunaan Media Powerpoint dapat
meningkatkan pencapaian Kompetensi Dasar ( KD ) mendeskripsikan kondisi
fisik wilayah dalam mata pelajaran
IPS-Geografi . Hal ini terlihat dari hasil monitoring penilaian sebagai salah
satu indikator adanya peningkatan pencapaian kompetensi dasar.yaitu :
- Terjadi
peningkatan rata-rata pencapaian nilai setelah proses pembelajaran
terjadi pada siklus 1 rata-rata 65,5 menjadi 72,12 pada
siklus 2., atau terjadi peningkatan 18,3. Apabila pencapaian nilai
tersebut dirata-ratakan maka didapatkan nilai rata-rata pencapain
kompetensi dasar setelah tindakan sebesar 68,81. Hal ini artinya
penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan media power poin
pencapaian kompetensi dasar siswa meningkat. Terlihat dari hasil
penelitian dari indikator kinerja penelitian yang ditargetkan rata-rata
pencapaian kompetensi dasar untuk kelas 8A minimal mencapai 65 sudah
tercapai bahkan lebih 3,81. Begipula apabila dibandingkan dengan rata-rata
pencapaian kompetensi dasar sebelum diadakan tindakan terjadi peningkatan
dari 56,75 menjadi 68,81 atau terjadi peningkatan rata-rata 12,06
- Terjadinya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas , yaitu pada siklus 1 mencapai 65 %
meningkat menjadi 87,5 % atau dari yang tuntas sebanyak 26 siswa menjadi
36 siswa dari 40 siswa. Apabila dirata – ratakan dari
siklus 1 dan 2 mencapai 76,25%
sebanding dengan 31 siswa dari 40 siswa.
- Media
powerpoint merupakan salah satu aplikasi penggunaan komputer di lihat dari
karakteristik dan nilai praktis sebagai media. Yang salah satunya dapat membuat konsep
abstrak menjadi konkrit. Terbukti dari hasil penelitian mampu meningkatkan
pencapaian kompetensi dasar kondisi fisik wilayah dan menumbuhkan motivasi
baru siswa untuk lebih terfocus dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut karena media ini mampu
memusatkan pikiran siswa dengan tampilan-tampilannya.
Saran-saran
- Dalam
penggunaan media powerpoint perlu
memperhatikan kemampuan siswa dalam mengoperasikan komputer, sebab tidak
setiap siswa memiliki kemampuan tersebut. Hal ini penting untuk
pembentukan kelompok.
- Komputer
yang digunakan hendaknya memenuhi syarat dapat digunakan untuk
mengoperasikan powerpoint dan flas media.
- Media
powerpoint dengan vareasi model pembelajaran dapat digunakan pada pelajaran lain khususnya rumpun
IPS ( Sejarah dan Ekonomi ).
- Disarankan
kepada rekan-rekan pengajar yang tertarik dengan pengembangan media
powerpoint dalam proses pembelajaran ini,
untuk lebih mengembangkan vareasi-vareasi yang lebih menarik
sehingga materi-materi yang sifatnya abstrak yang berujung kepada
munculnya verbalisme dalam pembelajaran bisa diatasi dengan sebaik
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1.Kentut,Drs. 2004. Prinsif Pengembangan Media, Pustekom. Jakarta.
2.Nasution, Prof,Dr,MA. 1986. Didaktik Asas Mengajar, Bandung Jemmars.
3.Sapriya. Dkk, 1999, Studi Tentang Media
Pembelajaran Nilai dalam mata pelajaran PPKN di SLTP dan SMU Bandung ( Laporan
penelitian, tidak diterbitkan. )
4.Surakmad, Winarno. 1982. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar : Dasar
dan Teknik Metodologi Pengajaran, Bandung. Tarsito.
5.Sadiman, Arief dkk. 1996. Media Pendidikan , Jakarta, Pustekom
Dikbud dan PT Raja Grafindo Persada.
6.Sudjana Nana, DR. 1987. Proses Belajar Mengajar, Jurusan
Teknologi Pendidikan IKIP Bandung.
7.Uno Hamzah.B, Prof, DR, M.Pd. 2007. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif , Jakarta, Bumi Aksara.
8................................... , Pedoman Pembelajaran Tuntas, Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
9.http://www.ditplb.or.id/new/index.php, Model-
model Penelitian Tindakan Kelas . Direktorat Pendidikan
Luar Sekolah. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar