Laman

Kamis, 09 Februari 2012

PERGESERAN ARAH PEDIDIKAN ABAD 21 DAN TUJUAN KTSP DI TINGKAT SMP

( By : Deni Sopari.M.Pd )
P
enelaahan kembali praktek-praktek pembelajaran  pada abad ke-21 dalam peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat merupakan agenda yang banyak dibicarakan dalam abad ini. Tuntutan terhadap kondisi abad      ke-21 bercirikan transformasi sosial, ekonomi, dan demografi yang mengharuskan sekolah untuk menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang penuh berubahan dan berkembang pesat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi yang begitu cepat, menempatkan pendidikan tidak hanya pada faktor akademis saja tapi harus juga kecakapan hidup yang diperlukan siswa diantaranya kebutuhan akan kemampuan umum seperti ketrampilan analitis dan memecahkan masalah, keterampilan yang dapat digunakan untuk suatu cakupan keadaan yang luas yang penting untuk semua pekerjaan                                ( http://portal.unesco.org/education/en/ev.php.html.) Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan ada  pergeseran tujuan pendidikan, dari tugas pendidikan untuk mempersiapkan orang menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan orang untuk  hidup di dunia yang pasang surut, yaitu dunia tempat setiap orang harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan  hati mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan kreativitas yang penuh kesadaran bukan sesuatu yang mudah diramalkandan tidak membutuhkan pemikiran ( Meier, 2005 : 41).
Pergeseran arah tujuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan tuntutan kondisi abad ke-21 merupakan tantangan yang cukup berat bagi dunia pendidikan di dalam negeri. Hal ini memberikan implikasi terhadap perlunya kesiapan pendidikan dalam negeri terutama dalam kaitannya dengan kualitas pendidikan, agar siswa mampu berpartisipasi secara utuh dalam kehidupannya.
Menghadapi harapan dan tantangan masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang sebagai esensi kehidupan, baik bagi perkembangan pribadi maupun perkembangan masyarakat.  Misi pendidikan, termasuk pendidikan dasar, adalah memungkinkan setiap orang, tanpa kecuali, mengembangkan sepenuhnya semua bakat individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya, termasuk tanggung jawab terhadap hidup sendiri, dan pencapaian tujuan pribadi (Depennas, 2007 :9 ).
Hasil pertemuan para ahli pendidikan dasar di Peking pada tahun 2001 telah merekomendasikan, bahwa untuk mencapai misi pendidikan masa depan  menyarankan dalam proses pembelajaran pada level pendidikan dasar  harus mengacu kepada  empat pilar pendidikan. “Secondary Education must take into account the four pillars of education mentioned in the Delors Report (1996) i.e. learning to know, learning to do, learning to live and learning to be” ( Delor dalam Unesco : 2008 ) .Learning to know artinya orang harus belajar untuk memahami dunia di sekitar mereka, setidaknya sebanyak yang diperlukan bagi mereka untuk menjalani kehidupan mereka dengan martabat, mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan orang lain. people have to learn to understand the world around them, at least as much as is necessary for them to lead their lives with some dignity, develop their occupational skills and communicate with other people”. Implikasinya semua anak tidak peduli di mana mereka tinggal harus memiliki kesempatan untuk menerima pendidikan ilmu yang tepat dan menjadi teman ilmu pengetahuan sepanjang hidup mereka.all children - no matter where they live - must have a chance to receive an appropriate science education and become friends of science throughout their lives.( http://www.unesco.org/delors/ltoknow.htm).
Learning to do
, belajar bagaimana mengadaptasikan pendidikan sehingga dapat memperlengkapi orang untuk melakukan jenis pekerjaan yang dibutuhkan di masa depan .How do we adapt education so that it can equip people to do the types of work needed in the future?( http://www.unesco.org/delors/ltodo.htm).
Learning to live
, belajar tentang keragaman manusia dan menanamkan dalam diri mereka kesadaran persamaan dan saling ketergantungan semua orang.one of education's tasks is both to teach pupils and students about human diversity and to instil in them an awareness of the similarities and interdependence of all people” (http://www.unesco.org/delors/ltolive.htm).
Learning to be,
belajar untuk mengembangkan independen mereka sendiri, cara berpikir kritis dan menilai, sehingga dapat mengambil keputusan sendiri dengan tindakan terbaik dalam situasi yang berbeda dalam hidup mereka.” to develop their own independent, critical way of thinking and judgement so that they can make up their own minds on the best courses of action in the different circumstances in their lives”.( http://www.unesco.org/delor/  ltobe.htm).
Rekomendasi dan gagasan tersebut tentang pendidikan masa depan, khususnya pendidikan dasar merupakan salah satu input yang dapat dijadikan pertimbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Atas dasar pemikiran tersebut, maka lembaga pendidikan diIndonesiaharus dibenahi, agar dapat berperan optimal untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi dan memasuki abad ke- 21. Upaya pembenahan sistem pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah dengan di berlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ) untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikanSalah satu ciri dari KTSP adalah adanya pengembangan kompetensi akademis, yaitu kemampuan, kecakapan, atau keterampilan mengaplikasikan konsep , prinsip, kaidah, model, dan prosedur. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir tahap  tinggi. Kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi sesungguhnya merupakan kurikulum dan pembelajaran yang mengarahkan siswa agar mampu berpikir  tahap tinggi, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesa, mengevaluasi dan kreativitas. KTSP diharapkan dapat mengembangkan kompetensi para siswa sampai kompetensi pemecahan masalah dan kemampuan kreatif  (Erliany dan Sukmadinata, 2009). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini harus menjadi dasar pemikiran bagi guru profesional dalam mengimplementasikan KTSP untuk mengarahkan proses pembelajaran ke arah sana, sebagaimana yang disarankan oleh Oliva   ( 1992 : 386 ) yaitu : A central premise of professional educator is that the higher levels of learning should be stressed. The ability to think, for example, is not throught low level recall but trought  application, analysis, synthesis and evaluation.
Kemampuan siswa dalam pemecahkan masalah dan kemapuan berpikir kreatif inilah yang diharapkan muncul pada diri siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan masa depan khususnya pada abad ke-21. Pemberlakuan KTSP diharapkan lembaga pendidikan dapat menjalankan fungsinya  untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusiaIndonesiadalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur, yang terumuskan dalam fungsi pendidikan Nasional yaitu :
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia  Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab ( Depdiknas, 2007:  12   ) 
Mencermati rumusan konstitusional arah dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia Indonesia  yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti yang luhur sehat jasmani rohani, cakap, berilmu, kreatif, mengembangkan kerpribadian serta  menjadi warganegara yang baik, dalam rangka membangun watak bangsa yang beradab dan bermartabat.
Arah dan tujuan pendidikan nasional dipertegas dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1, butir 1, sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya  untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.                                                                     
Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) merupakan bagian dari jenjang pendidikan dasar, di masa depan menempati kedudukan yang sangat penting, menurut  komisi pendidikan untuk abad ke-21 pendidikan dasar sebagai sebuah “paspor” yang sangat diperlukan individu untuk hidup yang mampu memilih apa yang mereka lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masa depan secara kolektif, dan terus menerus berjalan       ( Depennas, 2007:9 ). Hal ini sejalan dengan pendapat  Suwarma   (Rustini, 2005 : 2) pendidikan dasar yang termasuk di dalamnya SMP  merupakan cikal bakal pendidikan yang akan banyak menentukan kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya, dan perlu mendapatkan perhatian yang serius. Untuk mencapai harapan itulah KTSP diharapkan mampu menjembatasi harapan tersebut.
 Mudah-mudahan tulisan ini menjadi pencerahan terhadap tujuan sebenarnya penerapan KTSP di tingkat SMP sehingga kita tidah salah arah dan penangangan dalam proses pengimplementasian kurikulum ini dalam proses pembelajaran Sehingga Mal praktek dalam pembelajaran bisa dihindari  Aamiin..

Daftar Rujukan :


Unesco  . The Four Pillars of Education. [Online] . Tersedia di: http://www.unesco.org/delors/index.html [ 5 Agustus 2010]
Unesco ( 2008). Life Skills. [Online ] Tersedi di : http://portal.unesco.org/education/en/ev.php [ September 2009]
( Meier, 2005 : 41). Meire,D ( 2001 ) The Accelerated Learning Hand Book . Bandung: PT Mizan Pustaka
. Depennas ( 2007 ) Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Oliva   ( 1992 : 386 ) Developing the Curriculum Trid edition: Harver Collin Publisher
Erliany.S dan Sukmadinata. ( 2009 ). Implentasi Kurikulum Satuan Pendidikan.Makalah Dalam Seminar Nasional Himpunan Pengembang KurikulumIndonesia   ( HIPKIN ) tanggal 30 Mei 2009 di Hotel PreangerBandung. tidak diterbitkan.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sangat mencerahkan untuk para guru-guru yang memang merasa memiliki tangung jawab moral pada peserta didik, institusi, negara dan Tuhan wajib membaca tulisan ini ,