( By : Deni Sopari.M.Pd )
P |
enelaahan
kembali praktek-praktek pembelajaran pada abad ke-21 dalam peranan
yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak
didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat
merupakan agenda yang banyak dibicarakan dalam abad ini. Tuntutan
terhadap kondisi abad ke-21 bercirikan transformasi sosial,
ekonomi, dan demografi yang mengharuskan sekolah untuk menyiapkan anak
didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut
berpartisipasi dalam dunia yang penuh berubahan dan berkembang pesat.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, menempatkan
pendidikan tidak hanya pada faktor akademis saja tapi harus juga
kecakapan hidup yang diperlukan siswa diantaranya kebutuhan akan
kemampuan umum seperti ketrampilan analitis dan memecahkan masalah,
keterampilan yang dapat digunakan untuk suatu cakupan keadaan yang luas
yang penting untuk semua pekerjaan ( http://portal.unesco.org/education/en/ev.php.html.) Tuntutan
abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan ada pergeseran tujuan
pendidikan, dari tugas pendidikan untuk mempersiapkan orang menghadapi
dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah
mempersiapkan orang untuk hidup di dunia yang pasang surut, yaitu dunia
tempat setiap orang harus mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan
hati mereka sepenuhnya dan bertindak berdasarkan kreativitas yang penuh
kesadaran bukan sesuatu yang mudah diramalkandan tidak membutuhkan
pemikiran ( Meier, 2005 : 41).
Pergeseran
arah tujuan pendidikan untuk menyesuaikan dengan tuntutan kondisi abad
ke-21 merupakan tantangan yang cukup berat bagi dunia pendidikan di
dalam negeri. Hal ini memberikan implikasi terhadap perlunya kesiapan
pendidikan dalam negeri terutama dalam kaitannya dengan kualitas
pendidikan, agar siswa mampu berpartisipasi secara utuh dalam
kehidupannya.
Menghadapi
harapan dan tantangan masa depan yang lebih baik, pendidikan dipandang
sebagai esensi kehidupan, baik bagi perkembangan pribadi maupun
perkembangan masyarakat. Misi pendidikan, termasuk pendidikan dasar,
adalah memungkinkan setiap orang, tanpa kecuali, mengembangkan
sepenuhnya semua bakat individu, dan mewujudkan potensi kreatifnya,
termasuk tanggung jawab terhadap hidup sendiri, dan pencapaian tujuan
pribadi (Depennas, 2007 :9 ).
Hasil
pertemuan para ahli pendidikan dasar di Peking pada tahun 2001 telah
merekomendasikan, bahwa untuk mencapai misi pendidikan masa depan
menyarankan dalam proses pembelajaran pada level pendidikan dasar harus
mengacu kepada empat pilar pendidikan. “Secondary Education must
take into account the four pillars of education mentioned in the Delors
Report (1996) i.e. learning to know, learning to do, learning to live
and learning to be” ( Delor dalam Unesco : 2008 ) .Learning to know artinya orang
harus belajar untuk memahami dunia di sekitar mereka, setidaknya
sebanyak yang diperlukan bagi mereka untuk menjalani kehidupan mereka
dengan martabat, mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi
dengan orang lain.” people have to learn to understand the world
around them, at least as much as is necessary for them to lead their
lives with some dignity, develop their occupational skills and
communicate with other people”. Implikasinya semua anak tidak
peduli di mana mereka tinggal harus memiliki kesempatan untuk menerima
pendidikan ilmu yang tepat dan menjadi teman ilmu pengetahuan sepanjang
hidup mereka.” all children - no matter where they live - must have a
chance to receive an appropriate science education and become friends
of science throughout their lives.( http://www.unesco.org/delors/ltoknow.htm).
Learning to do, belajar bagaimana mengadaptasikan pendidikan sehingga dapat memperlengkapi orang untuk melakukan jenis pekerjaan yang dibutuhkan di masa depan .” How do we adapt education so that it can equip people to do the types of work needed in the future?( http://www.unesco.org/delors/ltodo.htm).
Learning to live , belajar tentang keragaman manusia dan menanamkan dalam diri mereka kesadaran persamaan dan saling ketergantungan semua orang.” one of education's tasks is both to teach pupils and students about human diversity and to instil in them an awareness of the similarities and interdependence of all people” (http://www.unesco.org/delors/ltolive.htm).
Learning to be, belajar untuk mengembangkan independen mereka sendiri, cara berpikir kritis dan menilai, sehingga dapat mengambil keputusan sendiri dengan tindakan terbaik dalam situasi yang berbeda dalam hidup mereka.” to develop their own independent, critical way of thinking and judgement so that they can make up their own minds on the best courses of action in the different circumstances in their lives”.( http://www.unesco.org/delor/ ltobe.htm).
Learning to do, belajar bagaimana mengadaptasikan pendidikan sehingga dapat memperlengkapi orang untuk melakukan jenis pekerjaan yang dibutuhkan di masa depan .” How do we adapt education so that it can equip people to do the types of work needed in the future?( http://www.unesco.org/delors/ltodo.htm).
Learning to live , belajar tentang keragaman manusia dan menanamkan dalam diri mereka kesadaran persamaan dan saling ketergantungan semua orang.” one of education's tasks is both to teach pupils and students about human diversity and to instil in them an awareness of the similarities and interdependence of all people” (http://www.unesco.org/delors/ltolive.htm).
Learning to be, belajar untuk mengembangkan independen mereka sendiri, cara berpikir kritis dan menilai, sehingga dapat mengambil keputusan sendiri dengan tindakan terbaik dalam situasi yang berbeda dalam hidup mereka.” to develop their own independent, critical way of thinking and judgement so that they can make up their own minds on the best courses of action in the different circumstances in their lives”.( http://www.unesco.org/delor/ ltobe.htm).
Rekomendasi
dan gagasan tersebut tentang pendidikan masa depan, khususnya
pendidikan dasar merupakan salah satu input yang dapat dijadikan
pertimbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka lembaga pendidikan diIndonesiaharus
dibenahi, agar dapat berperan optimal untuk menyiapkan peserta didik
dalam menghadapi dan memasuki abad ke- 21. Upaya pembenahan sistem
pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah dengan di berlakukannya
kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) yang merupakan
penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ) untuk dijadikan
rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikanSalah
satu ciri dari KTSP adalah adanya pengembangan kompetensi akademis,
yaitu kemampuan, kecakapan, atau keterampilan mengaplikasikan konsep ,
prinsip, kaidah, model, dan prosedur. Kemampuan tersebut merupakan
kemampuan berpikir tahap tinggi. Kurikulum dan pembelajaran berbasis
kompetensi sesungguhnya merupakan kurikulum dan pembelajaran yang
mengarahkan siswa agar mampu berpikir tahap tinggi, yaitu kemampuan
menganalisis, mensintesa, mengevaluasi dan kreativitas. KTSP diharapkan
dapat mengembangkan kompetensi para siswa sampai kompetensi pemecahan
masalah dan kemampuan kreatif (Erliany dan Sukmadinata, 2009).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini harus menjadi dasar pemikiran
bagi guru profesional dalam mengimplementasikan KTSP untuk mengarahkan
proses pembelajaran ke arah sana, sebagaimana yang disarankan oleh
Oliva ( 1992 : 386 ) yaitu : A central premise of professional
educator is that the higher levels of learning should be stressed. The
ability to think, for example, is not throught low level recall but
trought application, analysis, synthesis and evaluation.
Kemampuan
siswa dalam pemecahkan masalah dan kemapuan berpikir kreatif inilah
yang diharapkan muncul pada diri siswa dalam menghadapi
tantangan-tantangan masa depan khususnya pada abad ke-21. Pemberlakuan
KTSP diharapkan lembaga pendidikan dapat menjalankan fungsinya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas
manusiaIndonesiadalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur,
yang terumuskan dalam fungsi pendidikan Nasional yaitu :
Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia , sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokrasi serta bertanggung jawab ( Depdiknas, 2007: 12
)
Mencermati
rumusan konstitusional arah dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti
yang luhur sehat jasmani rohani, cakap, berilmu, kreatif, mengembangkan
kerpribadian serta menjadi warganegara yang baik, dalam rangka
membangun watak bangsa yang beradab dan bermartabat.
Arah dan
tujuan pendidikan nasional dipertegas dalam Undang-undang No.20 tahun
2003 pasal 1, butir 1, sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sekolah
Menengah Pertama ( SMP ) merupakan bagian dari jenjang pendidikan dasar,
di masa depan menempati kedudukan yang sangat penting, menurut komisi
pendidikan untuk abad ke-21 pendidikan dasar sebagai sebuah “paspor” yang
sangat diperlukan individu untuk hidup yang mampu memilih apa yang
mereka lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masa depan secara
kolektif, dan terus menerus berjalan ( Depennas, 2007:9 ). Hal ini
sejalan dengan pendapat Suwarma (Rustini, 2005 : 2) pendidikan dasar
yang termasuk di dalamnya SMP merupakan cikal bakal pendidikan yang
akan banyak menentukan kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya, dan
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Untuk mencapai harapan itulah
KTSP diharapkan mampu menjembatasi harapan tersebut.
Mudah-mudahan
tulisan ini menjadi pencerahan terhadap tujuan sebenarnya penerapan
KTSP di tingkat SMP sehingga kita tidah salah arah dan penangangan dalam
proses pengimplementasian kurikulum ini dalam proses pembelajaran
Sehingga Mal praktek dalam pembelajaran bisa dihindari Aamiin..
Unesco . The Four Pillars of Education. [Online] . Tersedia di: http://www.unesco.org/delors/index.html [ 5 Agustus 2010]
Unesco ( 2008). Life Skills. [Online ] Tersedi di : http://portal.unesco.org/education/en/ev.php [ September 2009]
( Meier, 2005 : 41). Meire,D ( 2001 ) The Accelerated Learning Hand Book . Bandung: PT Mizan Pustaka
. Depennas ( 2007 ) Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Oliva ( 1992 : 386 ) Developing the Curriculum Trid edition: Harver Collin Publisher
Erliany.S dan Sukmadinata. ( 2009 ). Implentasi Kurikulum Satuan Pendidikan.Makalah Dalam Seminar Nasional Himpunan Pengembang KurikulumIndonesia ( HIPKIN ) tanggal 30 Mei 2009 di Hotel PreangerBandung. tidak diterbitkan.
1 komentar:
sangat mencerahkan untuk para guru-guru yang memang merasa memiliki tangung jawab moral pada peserta didik, institusi, negara dan Tuhan wajib membaca tulisan ini ,
Posting Komentar